Pages

Minggu, 08 Maret 2015



LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR GENETIKA


PERSILANGAN JAGUNG


















Disusun oleh:
Nama               : Hans Kristian Akar
NIM                : 11/312999/PN/12270
Gol./Kel.         : A4 / 2
 












LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN GENETIKA
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2012


PERSILANGAN JAGUNG

ABSTRAKSI
PraktikumPersilanganJagungbertujuanmelatihmahasiswauntukmelakukanpersilanganjagungsebagaitanaman model dalamgenetikadanmempelajarihasilpersilangantersebut.Praktikuminidilaksanakanmulai … sampai … 2012 di Kebun Tri Dharma FakultasPertanianUniversitasGadjahMada, Banguntapan, Yogyakarta.Metode yang digunakan dalam praktium ini yaitu metode Tasselbagmethod´ yakni dengan cara membungkus bunga jantan maupun betina sebelum mekar dengan menggunakan kantong kertas minyak. Dari metode percobaan tersebut diatas, didapatkan 4 macam jenis persilangan yaitu : Selfing(bunga betina putih xmalai putih), pembastaran resiprok (bunga betinaputih x malai ungu), selfing (bunga betina ungu x malai ungu), pembastaran (bunga betina ungu x malai putih). Hasil tersebut menunjukkan....


TINJAUAN PUSTAKA
Jagung merupakan  tanaman serealia yang paling produktif  di  dunia, sesuai ditanam di wilayah bersuhu  tinggi, dan  pematangan tongkol ditentukan oleh akumulasi  panas yang diperoleh  tanaman. Tanaman  jagung tumbuh optimal pada  tanah  yang gembur, drainase baik, dengan  kelembaban tanah  cukup, dan  akan  layu bila kelembaban tanah kurang dari 40% kapasitas lapang, atau bila batangnya terendam air. Pada  dataran rendah, umur jagung berkisar antara  3-4  bulan, tetapi di dataran tinggi  di  atas  1000 mdpl berumur 4-5 bulan. Umur panen jagung sangat  dipengaruhi  oleh suhu,  setiap  kenaikan tinggi tempat 50  m  dari permukaan laut, umur panen jagung akan mundur satu hari (Hyene, 1987).
Tanaman jagung memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan dan pembentukan biji. Air sangat diperlukan pada saat penanaman, pembungaan (45–55 hari setelah tanam) dan pengisian biji (60–80 hari setelah tanam). Pada tanaman yang toleran kekeringan, air tanaman dapat dipertahankan oleh tanaman dengan reaksi daun-daun menggulung, stomata menutup, ketika kelembaban rendah  dan  kehadiran  lapisan kutikula lilin yang tebal (Ludlow dan  Muchow,  1990).Tanaman jagung lebih peka pada pembungaan dari pada tanaman lainnya, hal ini karena 16 floret betina berkembang pada waktu yang sama dan umumnya lahir dari satu tongkol pada satu batang. Tidak seperti sereal lainnya, pada tanaman jagung bunga jantan dan betina terletak terpisah kurang lebih satu meter, dan malai dan jaringan fragile stigma keluar yang berfungsi sebagai organ pelaku polinasi (Westgate dan Boyer, 1986).
Jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat melakukan penyerbukan silang tetapi juga dapat melakukan penyerbukan sendiri. Darwin membuktikan bahwa  penyerbukan sendiri pada jagung akan menghasilkan produksi yang rendah dan tanaman tidak dapat tumbuh tinggi, padahal penyerbukan sendiri memiliki vigor yang normal (Sinnotet, al., 1958). Selfing atau persilangan dalam adalah hasil persilangan antara individu yang ada hubungan keluarga untuk pembuahan sendiri dan mengarak ke peningkatan homozygot. Efek silang dalam istilah defresi silang pada silang dalam pada tanaman menyerbuk silang, seperti jagung maka akibat silang dalam sangat nyata sekali (Suprapto, 1986).
Tanaman jagung selama pertumbuhannya tidak terlepas dari organisme pengganggu tanaman, baik hama maupun penyakit, termasuk penyakit yang disebabkan oleh virus. Menurut Bos (1983), virus mempunyai pengaruh yang bermacam-macam terhadap tanaman, karena virus mempunyai daya tular yang tinggi sehingga infeksinya pada tanaman budi daya berlangsung cepat dan dapat mencapai tingkat epidemi. Sampai saat ini telah ditemukan 24 jenis virus yang menyerang tanaman jagung (Bruntetal., 1990), tiga di antaranya ditemukan di Indonesia yaitu MaizeDwarfMosaic Virus (MDMV), CucumberMosaic Virus (CMV), dan SugarcaneMosaic Virus (SCMV) (Saleh etal., 1989; Semangun, 2004).
Kendala biotis yang paling banyak mengganggu dalam budidaya jagung di Indonesia adalah penyakit bulai. Jenis patogen bulai yang paling banyak merusak pertanaman jagung di Indonesia adalah Peronosclerosporamaydis. Patogen tersebut cukup berbahaya karena dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 90 persen dan bahkan dapat menyebabkan kegagalan panen (Semangun, 1996; Subandi etal., 1996).



















METODE PRAKTIKUM
Praktikum Dasar- dasa Genetika Acara PersilanganJagungdilaksanakan mulai ... — ... 2012 di Kebun Tri Dharma,FakultasPertanian,Universitas Gadjah Mada, Banguntapan, Yogyakarta.
Bahan yang digunakanyaitutanamanjagung (Zeamays), berupapopulasitanamanjagung ungu dan jagung putih. Alat yang digunakanyaituperlengkapanpolinasi (kantongkertas, gunting, label,paper clip,kuas, staples, tali/ benang).Pada  metode  ini baik  bunga  jantan maupun  bunga  betina dibungkus  sebelum mekar  menggunakan kantong  kertas  minyak.  Malai  (tassel)  yang  keluar dari pucuk  tanaman dikerodong  menggunakan kantong kertas. Untuk bunga  betina (ear/tongkol),  dikerodong  sebelum   kepala putih  (rambut  jagung)  keluar. Hari berikutnya  tongkol  diperiksa  untuk  melihat  laju  keluarnya rambut  jagung. Rambut  jagung  yang  sudah  tinggi  dipotong  menggunakan gunting  setinggi  ± 1–2  cm  di  atas  permukaan ujung  klobot.  Pemotongan  ini dimaksudkanuntukmencegah rambut  tongkol  keluar dari  kantong  sehingga   terjadi  penyerbukan yang   tidak   dikehendaki.   Pemotongan   dilakukan 2-3 kalisampaiseluruh rambur  tongkol  telah  keluar. Tongkol  yang  seluruh  rambutnya  telah  keluar dari klobot menunjukkan bahwa  tongkol tersebut siap  diserbuki. Malai  bunga jantan  yang   telah  dikerodong   dikumpulkan   serbuk  sarinya  untuk  digunakan sebagai  tetua  jantan.Penyerbukan buatan  dilakukan  dengan  cara  menaburkan serbuk sari  (pollen) yang  telah  terkumpul  tersebut  di  atas  permukaan potongan  rambut  jagung. Prosedur  ini  dapat  diulang   2—3  kali   (menggunakan  pollen   dari  tetua  yang sama)  untuk  meyakinkan   seluruh putik  telah  terserbuki.  Tanda-tanda  bahwabunga   jantan   siap   menyerbuki  adalah   serbuk   sari   melekat   pada   kantong pembungkus.Persilangan yang dilakukan adalah:
♀ jagung putih X ♂ jagung putih (selfing),
♀ jagung ungu X ♂ jagung ungu (selfing),
♀ jagung ungu X ♂ jagung putih (pembastaran),
♀ jagung putih X ♂ jagung ungu (pembastaran resiprok).


HASIL PENGAMATAN
Betina × Jantan
Jumlah bulir
Ungu
Merah
Kuning
Putih
Total Bulir
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Putih × Putih (Selfing)
0
0
0
0
0
0
142
100
142
Ungu × Ungu (Selfing)
120
43
47
17
64
23
49
17
280
Ungu × Putih (Pembastaran)









Ungu × Putih (Pembastaran resiprok)













PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan penyerbukan jagung dengan bantuan manusia, habitat pada umumnya penyerbukan jagung bersifat bebas dan dibantu oleh angin maupun serangga seperti lebah kecil. Jagung termasuk tanaman berputik tunggal, dimana benang sari dan putik berada dalam satu tanaman namun berbeda bunga. Faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan persilangan adalah waktu dan proses penyerbukan yang dilakukan. Waktu yang optimal untuk melakukan proses penyerbukan pada tanaman jagung adalah pada pagi hari yaitu antara pukul 06.00 hingga pukul 09.00 WIB. Faktor lainnya adalah proses penyerbukan, setelah serbuk sari jagung diserbukkan ke tongkol jagung harus segera ditutup rapat dengan sungkup untuk melindungi jagung betina (tongkol) agar serbuk sari (malai) dari tanaman jagung lain tidak dapat mengenai putik jagung betina tersebut. Selain itu untuk menghindari adanya kemungkinan pencucian. Pengetahuan tentang aksi gen yang mengendalikan suatu karakter sangat penting terutama dalam hal keefektifan penerapan program seleksi  yang  akan digunakan dalam kegiatan pemuliaan untuk karakter yang diinginkan. Faktor biji kisut (kosong) selain disebabkan oleh faktor genetik, kemungkinan besar bisa saja terjadi bila jagung terlalu lama dipanen dan malai belum cukup matang untuk menyerbuki putik di dalam tongkol jagung melalui media rambut.Pada  dataran rendah, umur jagung berkisar antara  3-4  bulan, tetapi di dataran tinggi  di  atas  1000 mdpl berumur 4-5 bulan.Adapun beberapa gangguan dari faktor luar seperti adanya serangga vektor penyakit, ulat pemakan biji jagungsehingga tongkol kosong dan hujan berkepanjangan pada saat masa penyerbukan (generatif) yang menyebabkan timbulnya jamur.
Pada tanaman jagung, warna bulir ungu lebih dominan dibandingkan warna bulir putih. Jika terjadi perkawinan antara jagung bulir ungu dengan jagung bulir putih maka keturunan pertamanya (F1) akan berwarna ungu dan akan ada sedikit campuran warna putih apabila penyerbukan kurang merata atau tidak memenuhi syarat.
Perkawinan antara  jagung ungu dan jagung putih dilakukan melalui kombinasi persilangan (♀ Putih X ♂ Putih), (♀ Putih X ♂ Ungu), (♀Ungu X ♂ Putih), dan (♀ Ungu X ♂ Ungu). Pada tanaman jagung penyerbukan dilakukan dengan kondisi yang layak untuk penyerbukan berdasarkan ciri-ciri bunga jantan memiliki benangsari (malai) baik, sehat, belum berbunga serta tidak terserang hama untuk menjaganya maka dilakukan proses penutupan menggunakan kertas sampul. Setelah benang sari sudah terkumpul, gamet betinanya adalah jagung putih yang berwarna putih dan siap diserbuki (2-3 hari setelah pengrodongan) dengan sebelumnya dilakukan sterilisasi terhadap benang sari bebas sehingga penyerbukan dapat diamati dengan baik dan dan sesuai dengan metode penyerbukan silang.
Pada pembastaran jagung dengan bulir (♀ Putih X ♂ Ungu) dan (♀Ungu X ♂ Putih), terjadi penyimpangan oleh persilangan (♀ Putih X ♂ Ungu) yang menghasilkan jagung dengan.
Tanaman hasil persilangan selfing jagung ungu menghasilkan bulir dengan persentase 43% ungu, 17% merah, 23% kuning dan 17% putih. Persilangan selfing menghasilkan bulir jagung yang maksimal dengan adanya dukungan lingkungan terhadap kondisi jagung sehat tidak terserang hama maupun berjamur dan malai jagung ungu layak untuk penyerbukan dengan kondisi tepungnya yang banyak dan matang, sehingga rambut putik dapat diserbuki dengan mudah. Pada persilangan ini gen warna ungu pada biji jagung bersifat dominan. Bulir jagung yang dihasilkan menjadi bermacam – macam padahal menurut teori bulir jagung hasil persilangan (selfing) tetuah ungu akan menghasilkan jagung warna ungu 100%. Hal ini disebabkankarena kebocoran pada saat melakukan pengrodongan di mana pemilihan tongkol jagung telah berambut dan sedikit terkontaminasi dari malai tanaman jagung di sekitarnya maupun karena pemilihan tetuah jagung ungu yang ditanam bukan merupakan galur murni.Galur   murni   dihasilkan   dari   penyerbukan   sendiri   hingga   diperoleh tanaman yang homozigot. Hal ini umumnya memerlukan waktu lima hingga tujuh generasi penyerbukan sendiri yang terkontrol.  Pada awalnya, galur murni dibentuk dari varietas menyerbuk terbuka (openpollinatedvarieties) tetapi belakangan ini, galur murni dibentuk dari banyak sumber yang lain seperti seperti varietas sintetik, varietas komposit, atau populasi generasi lanjut dari hibrida. Selain mengalami penurunan vigor, individu tanaman yang di serbuk sendiri menampakkan   berbagai   kekurangan   seperti:   tanaman   bertambah   pendek, cenderung rebah, peka terhadap penyakit, dan bermacam-macam karakter lain yang tidak diinginkan.  Munculnya fenomena-fenomena tersebut dikenal dengan istilah depresi tangkar dalam atau inbreedingdepression (Singh, 1987).Pada persilangan ini dapat dikatakan berhasil karena hasil yang didapatkan cukup mendekati harapan dengan selisih kesalahan dengan harapan hanya 58,8%. Hasil ini sesuai dengan teori dimana pengaruh gamet jantan langsung tampak pada F1 meskipun masih terjadi kontaminasi dengan serbuk sari jagung warna lainnya.
Tanaman jagung putih yang diserbuk sendiri(selfing) menghasilkan 100% bulir putih, namun hampir ± 20% tidak menghasilkan bulir. Kondisi jagung yang nampak berongga - rongga disebabkan karena penyerbukan yang tidak merata akibat dari jumlah malai yang belum mencukupi dan belum matang sepenuhnya. Kekeringan juga dapat mempengaruhi kecepatan fotosintesis, di mana dapat menurunkan persediaan aliran asimilat. Aliran asimilat untuk pertumbuhan organ-organ menurun, sejak perkembangan rambut (silk) selama seminggu sebagai sink. Pertumbuhan rambut (silk) akan tertunda, anthesissilking interval (ASI) meningkat, sehingga mempengaruhi polinasi. Struktur organ reproduktif betina lebih peka dari pada malai, malai lebih awal rusak apabila suhu tanaman mencapai 38oC. Aborsi tongkol dan aborsi biji meningkat sehingga tongkol tanaman menjadi hampa (Zaidi, etal,2002).Persilangan ini dianggap berhasil karena hasil ini sesuai dengan teori dimana pengaruh gamet jantan langsung tampak pada F1. 
Kondisi cuaca pada saat melakukan percobaan ini didominasi oleh curah hujan yang tinggi sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman kurang maksimal. Radiasi dan panjang penyinaran sinar matahari yang kurang akibat tertutupi oleh awan mendung sehingga fotosintesis yang dilakukan relatif lebih sedikit. Kelembaban yang meningkat disertai kenaikan volume air dalam tanah mengakibatkan proses evapotranspirasi yang kecil dan penyerapan air oleh akar relatif lebih sedikit sehingga dimungkinkan terjadi pembusukan akar. Gardner etal. (1985) menyatakan bahwa kondisi lingkungan selalu mempengaruhi tanaman untuk mengekspresikan potensi genetiknya. Tanaman menunjukkan respon yang berbeda terhadap kompleksitas lingkungan.




















KESIMPULAN
1.                  Keberhasilan hasil penyerbukan sangat dipengaruhi oleh proses penyerbukan dan tetuah tanaman tersebut.
2.                  Jagung merupakan tanaman yang dapat melakukan penyerbukan sendiri maupun penyerbukan silang.
3.                  Urutan dominansi warna bulir jagung adalah dari yang paling dominan yaitu ungu, merah, kuning, dan putih.
4.                  Galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan maupun sifat-sifat resesif dari suatu karakter tertentu.  Bila disilangkan, F1 akan mempunyaikedua macam alele tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominan lengkap).
5.                  Apabila tetuah tanaman bukan merupakan galur murni maka akan memperbesar terjadinya penyimpangan pada keturunannya.


DAFTAR PUSTAKA



LAMPIRAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar