MAKALAH
Evaluasi
Kesuburan Tanah pada Sawah Tadah Hujan

Oleh :
Nama : Elwanda
Farisz Ammar
NIM :
13051010500
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunianya
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Evaluasi Kesuburan Tanah pada
Sawah Tadah Hujan”. Walaupun banyak halangan dan hambatan yang saya alami dalam
proses pengerjaannya, tapi saya berhasil menyelesaikannya dengan baik dan
sesuai yang di harapkan.
.
Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dasar-dasar ilmu tanah yang telah memberikan tugas ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dasar-dasar ilmu tanah yang telah memberikan tugas ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Semoga
makalah yang saya buat ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih
baik lagi dan juga saya meminta saran juga kritikan pada makalah ini agar dapat
lebih baik lagi dalam pengerjaan selanjutnya.
Penulis,24 November 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………...i
DAFTAR ISI ………………………………………………..ii
BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………………..1
1.1. Latar belakang ………………………………………………..1
1.2. Tujuan ………………………………………………..1
BAB II : ISI ………………………………………………..2
2.1.
Pelepasan Varietas Tanaman Pangan dan Perkebunan ………..3
2.2. Pelepasan Varietas Tanaman Holtikultura ………………..6
2.3. Perlindungan Varietas Tanaman ………..9
BAB III : PENUTUP ……………………………...……………….15
3.1 Kesimpulan ………………………………………………15
3.2 Saran ………………………………………………15
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanah merupakan benda yang dinamis sehingga selalu mengalami proses
perubahan. Tanah terbentuk dari batuan yang aus/lapuk akibat terpapar oleh
dinamika di lapisan bawah atmosfer, seperti dinamika iklim, topografi/geografi,
dan aktivitas organisme biologi. Intensitas dan selang waktu dari berbagai
faktor ini juga berakibat pada variasi tampilan tanah. Berbagai usaha telah
dilakukan untuk memperoleh klasifikasi umum yang dapat membantu dalam
memprediksi perilaku tanah ketika mengalami pembebanan.
Tanah yang subur lebih disukai untuk usaha pertanian, karena
menguntungkan. Sebaliknya terhadap tanah yang kurang subur dilakukan usaha
untuk menyuburkan tanah tersebut sehingga keuntungan yang diperoleh
meningkat.Kesuburan Tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk
tanaman yang diinginkan, pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk
tanaman tersebut dapat berupa: buah, biji, daun, bunga, umbi, getah, eksudat,
akar, trubus, batang, biomassa, naungan atau penampilan.
Sawah juga merupakan olahan tanah yang di gunakan untuk keperluan
menanam padi (tanaman serilia).Khususnya di Indonesia ada beberapa lahan swah
seperti sawah tadah hujan,sawah pasang surut dan sawah lebak.Disini akan lebih
mengulas kepada evaluasi kesuburan tanah pada sawah tadah hujan.
1.2
Tujuan
1.
Mengetahui
jenis-jenis tanah yang cocok untuk sawah tadah hujan
2.
Mengetahui
seberapa subur sawah tadah hujan di bandingkan sawah lainnya..
3.
Mengetahui
apa-apa saja yang di butuhkan untuk kusuburan tanah pada sawah tadah hujan.
BAB II
ISI
2.1 Tinjauan
Pustaka
Kesuburan Tanah mempelajari hubungan antara unsur-unsur
hara dalam tanah dengan pertumbuhan tanaman, pemupukan dan usaha-usaha lain
dalam memperbaiki sifat-sifat tanah (sifat fisik, kimia dan biologi tanah)
untuk pertumbuhan tanaman (Black, 1965). Untuk mengetahui tingkat
kesuburan tanah, maka kondisi fisik, kimia dan biologi tanah
dijadikan sebagai indikator untuk menentukan kualitas tanah dengan cara
analisis tanah (Sitompul dan Setijono, 1990; Karama et all., 1990).
Sawah tadah hujan adalah sawah yang pengairannya
berasal dari air hujan. Pada sawah ini, tanaman padi sangat
bergantung pada musim hujan. Setiap tahun petani dapat panen padi 1-2 kali.
Untuk menghindari ancaman kekeringan pada musim kemarau, petani lebih banyak
menanam padi 1 kali diselingi dengan tanaman palawija lainnya.
Bertanam padi di sawah tadah hujan dalam mengusahakan padi disawah,
soal yang terpenting adalah bidang tanah yang ditanami harus dapat :
a.Menanam air sehingga tanah itu dapatb digenangi air
b.Mudah memperoleh dan melepaskan air
Pematang atau galengan memegang peranan yang sangat penting, karena
dalam sistem bertanam padi di sawah tadah hujan ini, pematang atau galengan ini
harus kuat dan dirawat, karena bertanam padi di sawah tadah hujan memerlukan
air, sehingga dengan galengan-galengan sawah ini air dapat bertanam di petakan
sawah. Dan padi dengan sistem penanaman tadah hujan ini tidak dapat ditanam
pada tanah yang datar.
Penggarapan bertanam padi di sawah tadah hujan ini digarap secara “basahan” yaitu menunggu sampai musim hujan tiba dan dalam proses penanaman padi ini memakai bibit persemaian. Tetapi seringkali bibit sudah terlalu tua baru dapat ditanam karena jatuhnya hujan terlambat. Dalam penanaman padi sawah tadah hujan ini untuk menanam dan selama hidupnya membutuhkan air hujan cukup. Hal ini membawa resiko yang besar sekali karena musim hujan kadang datang terlambat, sementara padi sawah tadah hujan membutuhkan air hujan yang cukup. Maka seringkali terjadi puluhan ribu hektar tidak menghasilkan sama sekali atau hasilnya rendah akibat air hujan yang tidak mencukupi.
Lahan
sawah tadah hujan umumnya mempunyai produktivitas tanah dan tanaman rendah
akibat rendahnya tingkat kesuburan tanah dan curah hujan tidak menentu.
Perbaikan sifat fisik, kimia, dan hayati tanah sawah tadah hujan dapat
dilakukan dengan pemberian pembenah oganik seperti jerami padi. Sedangkan
peningkatan produktivitas sawah tadah hujan dapat ditempuh melalui pemberian
pembenah organik dan pengelolaan tanaman. Namun pemberian pembenah organik dan
pengelolaan tanaman padi dapat berpengaruh terhadap emisi gas rumah kaca,
terutama emisi gas metana (CH4).
Penelitian lapang yang dilaksanakan di lahan sawah tadah hujan
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jerami padi dan sistem tanam padi
terhadap emisi metana dan hasil padi. Percobaan dilakukan menggunakan rancangan
acak kelompok, tiga ulangan, dan enam perlakuan kombinasi sistem tanam dan
pemberian jerami padi. Padi yang ditanam dengan sistem tanam benih langsung
memberikan pertumbuhan lebih baik, hasil gabah lebih tinggi, dan mengemisi CH4
lebih rendah dibandingkan dengan sistem tanam pindah. Sistem tanam benih
langsung mampu menurunkan emisi metana rata-rata 33,3 persen dan meningkatkan
hasil gabah padi Ciherang rata-rata 76 persen dibandingkan pada sistem tanam
pindah. Pemberian jerami padi pada sistem tanam benih langsung nyata mengemisi
metana lebih rendah dan menghasilkan gabah lebih tinggi daripada pada sistem
tanam pindah. Jerami padi yang diberikan dalam bentuk melapuk cenderung
mengemisi CH4 lebih rendah daripada dalam bentuk jerami segar. Hasil gabah
tinggi dan emisi CH4 relatif rendah tercapai bilamana jerami padi diberikan
dalam bentuk lapuk dan padi ditanam dengan sistem tanam benih langsung.
Salah satu indikator kualitas tanah adakah kandungan bahan organik
tanah, selain indikator yang lain seperti sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Diambilnya bahan organik sebagai salah satu indikator yang perlu diperhatikan
karena sifatnya yang sangat labil dan kandungannya berubah sangat cepat
tergantung manajemen pengelolaan tanah. Walaupun kandungan bahan organik tanah
sangat sedikit yaitu 1 – 5% dari berat total tanah mineral, namun pengaruhnya
terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah sangat besar. Manfaat bahan organik
sudah teruji kehandalannya dalam memperbaiki kualitas tanah (Soegiman, 1982).
Tanah bertekstur liat seperti pada lahan sawah tadah hujan
mencakup sekitar 37 juta ha yang diperkirakan sekitar 1/3 total area yang
ditanami padi di dunia (IRRI, 1997). Karena ketersediaan air yang fluktuatif,
maka kondisi secara hydrologi sangat bervariasi dari tergenang sempurna tanaman
padi hingga kekeringan dimana hal ini sering terjadi dalam musim yang sama.
mempunyai kadar P-tersedia rendah dan mempunyai kapasitas mengadsorpsi fosfor
yang besar (Singh dan Sovyanhadi, 1998). Oleh karena adanya pertanaman yang
intensif, bahan organik tanah telah terkuras sehingga akhirnya menurunkan
kesuburan tanah. Penambahan BO ke dalam tanah adalah solusi yang terbaik untuk
mengatasi penurunan tingkat kesuburan tanah.
Kandungan bahan organik tanah telah terbukti berperan sebagai kunci
utama dalam mengendalikan kualitas tanah baik secara fisik, kimia maupun
biologi. Dan bahwa Bahan organik mampu memperbaiki sifat fisik tanah seperti menurunkan
berat volume tanah, meningkatkan permeabilitas, menggemburkan tanah,
memperbaiki aerasi tanah, meningkatkan stabilitas agregat, meingkatkan
kemampuan tanah memegang air, menjaga kelembaban dan suhu tanah, mengurangi
energi kinetik langsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah
(Stevenson,1994).
2.2 Evaluasi
Kesuburan Tanah pada Sawah
Penilaian (evaluasi) tingkat kesuburan tanah dapat dilakukan pada
bahan tanah atau tanaman yang tumbuh di tanah tersebut.
Tabel 1. Tingkat kesuburan tanah sawah
Karakter
|
Tidak subur
|
subur
|
sangat subur
|
Tekstur
|
pasiran, pasir geluhan, geluh pasiran
|
geluh lempungan, lempung
|
geluh lempungan, lempung
|
C-organik (% C)
|
< 1
|
1-1,5
|
1,5 – 2,5
|
KPK (cmolc kg-1)
|
< 10
|
10-20
|
> 20
|
P-Olsen (ppm)
|
<5
|
5-10
|
> 10
|
K tertukar (cmolc
kg-1)
|
<0.15
|
0.15–0.30
|
> 0,3
|
pH setelah tergenang
|
<6.5
|
6,5-7
|
6,5 – 7
|
Kekahatan/keracunan hara mikro
|
ya
|
nihil
|
nihil
|
Hasil (GY0) (t ha-1)
|
2,5
|
4,0
|
5,0
|
INS (sediaan asli N) (kg N ha-1)
|
30
|
50
|
70
|
IPS (sediaan asli P) (kg P ha-1)
|
10
|
15
|
20
|
IKS (sediaan asli K) (kg K ha-1)
|
50
|
75
|
100
|
2.3 Evaluasi dan Perbaikan Kesuburan Tanah pada Sawah Tadah Hujan.
Dalam tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan
sebagai susunan partikel-partikel primer menjadi satu kelompok partikel (cluster)
yang disebut agregat, yang dapat dipisah-pisahkan kembali
serta mempunyai sifat yang berbeda darisekumpulan partikel primer yang
tidak teragregasi (Handayani & Sunarminto, 2002).
De Boodt (1978)
menyatakan bahwa struktur tanah berpengaruh
terhadap gerakan air, gerakan udara, suhu tanah dan hambatan
mekanik perkecambahan biji serta penetrasi akar tanaman. Karena kompleknya peran struktur,
maka pengukuran struktur tanah didekati dengan sejumlah
parameter antara lain bentuk dan ukuran agregat, agihan ukuran
agregat, stabilitas agregat, persentase agregasi, porositas (BV, BJ).
Kebanyakan pada tanah sawah tadah hujan struktur tanah berukuran halus sampai sangat
halus, sebab banyak dilakukan penggenangan (Ansori, T., 2005).
Konsep pembangunan berkelanjutan terus digalakkan agar kegiatan
pertanian senantiasa menguntungkan, aman, lestari dan ramah lingkungan. Perlu
penyusunan rekomendasi pemupukan terpadu yang bersifat spesifik lokasi
disesuaikan dengan komoditas yang diusahakan dan lahan tempat usahanya. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan mengurangi dampak
pencemaran terhadap lingkungan.Maka dari itu salah satu hal untuk meningkatkan
kesuburan tanah pada sawah tadah hujan salah satunya dengan pemupukan.
Beberapa
alasan kenapa harus memupuk:
- Aplikasi pupuk terhadap hara yang diketahui menjadi faktor pembatas, akan meningkatkan hasil.
- Pengusahaan tanaman dengan hasil tinggi (high yielding), membutuhkan tanah yang subur secara berkesinambungan.
- Hara yang diserap oleh tanaman harus digantikan.
- Penggunaan pupuk yang tepat akan meningkatkan keuntungan ekonomi.
Hubungan antara kesuburan tanah dengan keadaan lingkungan dapat
digambarkan sebagai berikut. Hara dapat bergerak menuju badan air permukaan
atau air dalam tanah. Hal ini disebabkan bentang lahan saling berhubungan,
lahan pertanian tidak terpisah dari lingkungan di sekitarnya. Pengelolaan hara
yang buruk, misalnya pemupukan yang berlebihan, pengelolaan rabuk yang
sembarangan, akan menimbulkan beaya lingkungan.
Dalam hal ini kita juga harus memperhatiakan tekstur tanah.Tekstur
tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya
perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada
tanah (Badan Pertanahan Nasional). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh
terhadap keadaan sifat2 tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas
tanah, porositas dan lain2 (La An, 2007).Tekstur tanah menunjukkan kasar atau
halusnya suatu tanah. Teristimewatekstur merupakan perbandingan relatif pasir,
debu dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil.
Tekstur tanah sering berhubungan dengan permeabilitas, daya tahan memegang
air, aerase dan kapasitas tukar kation serta kesuburan
tanah (Wahyu, 2009).
2.4 Analisis Kesuburan Tanah pada Sawah Tadah Hujan.
Produksi padi sawah tadah hujan yang dihasilkan oleh petani sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi, tingkat teknologi yang digunakan, dan
efisiensi dari suatu usahatani. Karena ketersediaan air yang fluktuatif, maka
kondisi secara hidrologi sangat bervariasi dari tergenang sempurna tanaman padi
hingga lahan mengalami kekeringan, dimana hal ini sering terjadi dalam musim
yang sama, sebab pada sistem ini curah hujan relatif sedikit. Untuk
mengetahui tingkat kesuburan tanah, maka kondisi fisik, kimia dan
biologi tanah dijadikan sebagai indikator untuk menentukan kualitas tanah
melalui cara analisis tanah. Analisis meliputi sifat fisik tanah berdasarkan
tekstur dan struktur, sifat kimia tanah berdasarkan pH, dan sifat biologi tanah
berdasarkan kandungan Bahan organik.
Berdasarkan hal tersebut prosentase pasir lebih besar jika
dibandingkan dengan lempung dan debu. Hal tersebut menandakan bahwa tanah pada
lahan sawah tadah hujan dapat meloloskan air lebih besar, dimana hal tresebut
disebabkan oleh ketersediaan air yang fluktuatif yang tergantung pada curah
hujan, dimana curah hujan yang terjadi pada tanah sawah tadah hujan cenderung sedikit.
Berdasarkan prosentase tersebut, maka dapat di tetapkan kelas tekstur dari
tanah sawah tadah huajan, yakni sandy loam.
Struktur tanah yang dianalisis dibedakan menurut derajad struktur,
ukuran, dan bentuk agregat, dimana pada tanah sawah tadah memiliki drajat
struktur sebesar 3, yang menandakan bahwa tanah sawah tadah hujan tergolong
tanah yang kuat, serta jika dipecah dengan menggunakan jari agak etrasa ada
tahanan pada jari. Untuk bentuk setelah diukur berdasarkan ulangan cukup
bervariasi mulai dari g (granular), pl (lempeng), dan b (gumpal). Hal tersebut
dikarenakan adanya perbedaan pada saat pemecahan tanah, sehingga
bentuk tanah yang didapatkan juga berbeda. Sedangkan ukuran agregatnya lebih
dominan pada vf (sangat halus).
2.5
Persiapan dalam Pengelolaan Sawah Tadah Hujan
Seperti kita ketahui bahwa, kesuburan lahan sawah tadah hujan tidak
sesubur lahan sawah irigasi, untuk itu dalam penerapan teknologi budidaya padi
yang digunakan umumnya menggunakan teknologi "gogo rancah (gora)".
Sarana produksi yang diperlukan untuk melakukan budidaya padi sawah tadah
hujan, hampir sama dengan sarana produksi yang dipergunakan pada budidaya padi
sawah irigasi yaitu : 1) lahan; 2) benih/bibit; 3) saluran irigasi; 4) pupuk;
5) obat-obatan; 6) peralatan pengolahan tanah; 7) peralatan panen dan pasca
panen; dan 8) tempat penyimpanan; .
1.Lahan
Lahan sawah tadah hujan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1)
pengairan tergantung pada turunnya air hujan; 2) kandungan unsur hara rendah
maka tingkat kesuburan tanah juga rendah; 3) bahan organik relative rendah dan
sulit dipertahankan dalam jangka panjang; 4) produktivitas rendah (3,0 - 3,5
ton per hektar).
2.Benih
Mengingat sebaran curah hujan yang terbatas, benih yang cocok
dipergunakan diantaranya adalah benih varietas unggul dengan umur pendek yaitu
varietas "Mekongga" yang mempunyai sifat-sifat : 1) umur pendek (116
- 125 hari); 2) produksi tinggi (rata-rata mencapai 6,0 ton per hektar GKG); 3)
agak tahan terhadap wereng coklat dan hawar daun bakteri strain IV; 4) rasa
nasi enak dan pulen.
3.Pupuk
Untuk lahan sawah tadah hujan pupuk yang dipergunakan selain pupuk
an organik, juga pupuk organik. Nitrogen merupakan hara utama yang paling mudah
hilang (larut dalam aliran air atau melalui penguapan). Secara umum ada
beberapa pilihan jenis pupuk an organik yang dapat diberikan agar mendapatkan
pertumbuhan tanaman dan hasil yang baik, antara lain :
1. Pupuk N dengan dosis 90 kg/hektar; pupuk N dalam bentuk pupuk urea dengan dosis 200 kg/hektar; pupuk Phosfat (P2O5) dengan dosis 36 kg/ hektar;
2. Pupuk Phosfat (SP36) dengan dosis 100 kg/ hektar;
3. Pupuk Kalium (K20) dengan dosis 60 kg/ hektar; Kalium (KCl) 100 kg/ hektar,Untuk meningkatkan efisiensi pupuk an organik pada lahan sawah tadah hujan, perlu ditambahkan dengan pupuk organic atau pupuk kandang sebanyak 3 - 5 ton/ hektar/ tahun, yang diberikan setelah pengolahan tanah pertama.
1. Pupuk N dengan dosis 90 kg/hektar; pupuk N dalam bentuk pupuk urea dengan dosis 200 kg/hektar; pupuk Phosfat (P2O5) dengan dosis 36 kg/ hektar;
2. Pupuk Phosfat (SP36) dengan dosis 100 kg/ hektar;
3. Pupuk Kalium (K20) dengan dosis 60 kg/ hektar; Kalium (KCl) 100 kg/ hektar,Untuk meningkatkan efisiensi pupuk an organik pada lahan sawah tadah hujan, perlu ditambahkan dengan pupuk organic atau pupuk kandang sebanyak 3 - 5 ton/ hektar/ tahun, yang diberikan setelah pengolahan tanah pertama.
4.Obat-obatan
Penyakit utama yang menyerang padi sistim gogo rancah adalah penyakit blas yang disebabkan oleh jamur pyricularia grisea dan panyakit bercak daun coklat helminthosporium oryzae dan bercak daun bergaris cercospora oryzae. Pemberantasannya dilakukan dengan fungisida.
5.Alat pengolah tanah
Di lahan sawah tadah hujan, pengolahan tanah dilakukan dua kali yaitu pada saat hujan perama turun, kemudian tanah dikelantang. Setelah frekuensi hujan cukup banyak, tanah diolah lagi dan diratakan dengan menggunakan alat-alat seperti :cangkul, bajak singkal (dengan ternak/ kerbau), traktor tangan (hand tractor).
6.Alat
panen
1. Sabit (biasa/ bergerigi) merupakan alat panen padi yang umumnya digunakan untuk memotong padi varietas unggul baru. Alat ini sangat dianjurkan karena mampu menekan kehilangan hasil sebesar 3%. Spesifikasi sabit bergerigi yaitu : a) gagang terbuat dari kayu bulat dengan diameter 2cm dan panjang 15 cm
b)
mata pisau terbuat dari baja keras yang satu sisinya bergerigi antara 12-16
gerigi sepanjang 1 inci.
2. Perontok padi. Ada beberapa jenis alat perontok padi yaitu :
a) Gebotan, merupakan alat perontok padi tradisionil dengan komponen alat terdiri dari : (1) rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan empat kaki dan dapat berdiri diatas tanah; (2) meja rak perontok terbuat dari belahan bamu/kayu membujur atau melintang dengan jarak renggang 1-2 cm; (3) dibelakang samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar bamboo, plastic lembaran atau terpal, sedangkan bagian depan terbuka.
b)
Pedal Thresher, yaitu alat perontok padi dengan konstruksi sederhana yang dapat
digerakkan dengan tenaga manusia. Alat ini mempunyai kelebihan yaitu menghemat
tenaga dan waktu (kapasitas kerja 75-100 kg per jam dan dapat dioperasikan oleh
1 orang), mudah dioperasikan dan dapat menekan kehilangan hasil sekitar 2,5%;
c) Power Thresher, yaitu alat perontok padi yang digerakkan dengan tenaga motor penggerak. Alat ini mempunyai kelebihan yaitu kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi. Alat ini dapat menekan kehilangan hasil sekitar 3 %;
7.Alat
Pengering
Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah sehingga siap untuk diolah/digiling dan aman untuk disimpan dalam waktu lama. Beberapa alat untuk pengering :
1. Lantai jemur, yaitu sarana pengeringan gabah basah dengan memanfaatkan panas sinar matahari berupa lantai jemur ari semen atau menggunakan alas dari terpal/plastik.
2. Mesin Pengering, yaitu alat pengering yang dioperasikan dengan mesin. Ada tiga macam alat pengering yaitu :a) flat bed dryer; dan b) continous flow dryer.
8.Alat
Penggilingan
Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras yang meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penosohan dan penyimpanan. Ada dua macam alat yang dapat digunakan yaitu :
1.
Alu
dan lesung, yaitu alat untuk memecah kulit gabah dengan cara dipukul-pukul di
lesung dengan menggunakan alu;
2.
Mesin
penggilingan, yaitu alat pengupasan sekam gabah menjadi beras dengan
menggunakan mesin penggiling
3.
Mesin
penyosoh, yaitu alat untuk membersihkan beras dari kotoran-kotoran yang ada.
9.Wadah
untuk penyimpanan gabah/beras
Penyimpanan merupakan perlakuan untu mempertahankan gabah/beras agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu dan terlindung dari gangguan serangga/kutu, jamur dan binatang pengerat, yang dapat menurunkan kualitas gabah/beras. Alat penyimpanan gabah dapat dilakukan dengan silo (penyimpanan gabah dengan sistim curah) dan penyimpanan gabah/beras dengan wadah/kemasan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sawah tadah hujan adalah sawah yang pengairannya
berasal dari air hujan. Pada sawah ini, tanaman padi sangat
bergantung pada musim hujan. Setiap tahun petani dapat panen padi 1-2 kali.
Untuk menghindari ancaman kekeringan pada musim kemarau, petani lebih banyak
menanam padi 1 kali diselingi dengan tanaman palawija lainnya.
Bertanam padi di sawah tadah hujan dalam mengusahakan padi disawah,
soal yang terpenting adalah bidang tanah yang ditanami harus dapat :
a. Menanam air sehingga tanah itu dapatb digenangi air
b.Mudah memperoleh dan melepaskan air
Hal_hal
yang perlu diperhatikan dalam sawah tadah hujan yaitu
a.Varietas
b.Penanaman
c.Pemupukan
d.Pengendalian Hama dan Penyakit
e.Panen dan Pasca Panen
3.3 Saran
Ada
baiknya sawah tadah hujan di padukan dengan irigasi yang baik sehingga kualitas
dari kesuburan tanah yang ada tetap terjaga sering adanya kandungan air yang
terdapat di dalam tanah pada sawah hujan yang juga di barengi dengan pemberian
pupuk secara berlanjut dan berkombinasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullh, T,. 2008. Reaksi Tanah (pH Tanah). http://elisa.ugm.ac.id Diposkan
pada juli 2008 pukul 17:18.
Ansori, T. 2005 Mengenal Bahan Organik Lebih Jauh. http://elisa.ugm.ac.i. diposkan pada
10 Oktober 2005
Black, C. A. 1965. Methods of Soil Analysis.
Part 1. American Society of Agronomy, Madison, Wisconsin.
Graham, E.R. 1948. Determination of soil organik mater by
means of a photoelectric colorimeter. Soil Sci. 65: 181 - 183.
IRRI. 1997. Rice Almanac, 2nd Edition.
International Rice Research Institute, Manila. 181p
Jacob, A. dalam Black. 2008. Sifat Fisik Tanah. http://tumoutou.net/3sem1.diposkan
pada 12 januari 2008.
Leiwakabessy, F. M. dan O. Koswara. 1985. Metode
dan Teknik Pengumpulan, Analisis dan Interpretasi Data Kesuburan Tanah.
Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB.
Karama, A.S., Marzuki A.R. dan manwan, I. 1990. Penggunaan
pupuk organik pada tanaman pangan. Lokakarya Nasional. Efisiensi Pemupukan V.
Cisarua 12-13 Nopember 1990. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian
Sitompul, S.M. dan Setijono, S.. 1990. Bahan organik dan
efisiensi pemupukan nitrogen. Lokakarya Nasional, Efisiensi Pemupukan V.
Cisarua 12-13 Nopember 1990. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian
Soegiman 1982. Ilmu Tanah (Terjemahan). Bhratara
Karya Aksara. Jakarta
Stevenson F.J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition,
Reaction. (John Wiley & Sons. New York)
Wahyu, 2009. Tekstur tanah. http://wahyusoil.blogspot.com.
Diposkan pada 4 januari 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar