Pages

Minggu, 08 Maret 2015

Evaluasi Kesuburan Tanah pada Sawah Tadah Hujan



MAKALAH

Evaluasi Kesuburan Tanah pada Sawah Tadah Hujan



Oleh :
Nama : Elwanda Farisz Ammar
NIM   : 13051010500


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2014


 
KATA PENGANTAR


Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Evaluasi Kesuburan Tanah pada Sawah Tadah Hujan”. Walaupun banyak halangan dan hambatan yang saya alami dalam proses pengerjaannya, tapi saya berhasil menyelesaikannya dengan baik dan sesuai yang di harapkan.
.
          Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dasar-dasar ilmu tanah yang telah memberikan tugas ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah yang saya buat ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi dan juga saya meminta saran juga kritikan pada makalah ini agar dapat lebih baik lagi dalam pengerjaan selanjutnya.



Penulis,24 November 2014

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR                       ………………………………………………...i
DAFTAR ISI                                      ………………………………………………..ii
BAB I  : PENDAHULUAN              ………………………………………………..1
1.1.  Latar belakang                ………………………………………………..1
1.2.  Tujuan                            ………………………………………………..1
BAB II : ISI                                       ………………………………………………..2
2.1. Pelepasan Varietas Tanaman Pangan dan Perkebunan                ………..3
2.2. Pelepasan Varietas Tanaman Holtikultura                       ………………..6
2.3. Perlindungan Varietas Tanaman                                                  ………..9
BAB III : PENUTUP                                     ……………………………...……………….15
            3.1 Kesimpulan                       ………………………………………………15
            3.2 Saran                                 ………………………………………………15
DAFTAR PUSTAKA                        ………………………………………………16


 


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Tanah merupakan benda yang dinamis sehingga selalu mengalami proses perubahan. Tanah terbentuk dari batuan yang aus/lapuk akibat terpapar oleh dinamika di lapisan bawah atmosfer, seperti dinamika iklim, topografi/geografi, dan aktivitas organisme biologi. Intensitas dan selang waktu dari berbagai faktor ini juga berakibat pada variasi tampilan tanah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk memperoleh klasifikasi umum yang dapat membantu dalam memprediksi perilaku tanah ketika mengalami pembebanan.
Tanah yang subur lebih disukai untuk usaha pertanian, karena menguntungkan. Sebaliknya terhadap tanah yang kurang subur dilakukan usaha untuk menyuburkan tanah tersebut sehingga keuntungan yang diperoleh meningkat.Kesuburan Tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan, pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat berupa: buah, biji, daun, bunga, umbi, getah, eksudat, akar, trubus, batang, biomassa, naungan atau penampilan.
Sawah juga merupakan olahan tanah yang di gunakan untuk keperluan menanam padi (tanaman serilia).Khususnya di Indonesia ada beberapa lahan swah seperti sawah tadah hujan,sawah pasang surut dan sawah lebak.Disini akan lebih mengulas kepada evaluasi kesuburan tanah pada sawah tadah hujan.

1.2  Tujuan

1.      Mengetahui jenis-jenis tanah yang cocok untuk sawah tadah hujan
2.      Mengetahui seberapa subur sawah tadah hujan di bandingkan sawah lainnya..
3.      Mengetahui apa-apa saja yang di butuhkan untuk kusuburan tanah pada sawah tadah hujan.


BAB II
ISI
2.1 Tinjauan Pustaka


Kesuburan Tanah mempelajari hubungan antara unsur-unsur hara dalam tanah dengan pertumbuhan tanaman, pemupukan dan usaha-usaha lain dalam memperbaiki sifat-sifat tanah (sifat fisik, kimia dan biologi tanah) untuk pertumbuhan tanaman (Black, 1965). Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah, maka  kondisi fisik, kimia dan biologi tanah dijadikan sebagai indikator untuk menentukan kualitas tanah dengan cara analisis tanah (Sitompul dan Setijono, 1990; Karama et all., 1990).
Sawah tadah hujan adalah sawah yang pengairannya berasal dari air hujan. Pada sawah ini, tanaman padi sangat bergantung pada musim hujan. Setiap tahun petani dapat panen padi 1-2 kali. Untuk menghindari ancaman kekeringan pada musim kemarau, petani lebih banyak menanam padi 1 kali diselingi dengan tanaman palawija lainnya.
Bertanam padi di sawah tadah hujan dalam mengusahakan padi disawah, soal yang terpenting adalah bidang tanah yang ditanami harus dapat :
a.Menanam air sehingga tanah itu dapatb digenangi air
b.Mudah memperoleh dan melepaskan air
Pematang atau galengan memegang peranan yang sangat penting, karena dalam sistem bertanam padi di sawah tadah hujan ini, pematang atau galengan ini harus kuat dan dirawat, karena bertanam padi di sawah tadah hujan memerlukan air, sehingga dengan galengan-galengan sawah ini air dapat bertanam di petakan sawah. Dan padi dengan sistem penanaman tadah hujan ini tidak dapat ditanam pada tanah yang datar.

            Penggarapan bertanam padi di sawah tadah hujan ini digarap secara “basahan” yaitu menunggu sampai musim hujan tiba dan dalam proses penanaman padi ini memakai bibit persemaian. Tetapi seringkali bibit sudah terlalu tua baru dapat ditanam karena jatuhnya hujan terlambat. Dalam penanaman padi sawah tadah hujan ini untuk menanam dan selama hidupnya membutuhkan air hujan cukup. Hal ini membawa resiko yang besar sekali karena musim hujan kadang datang terlambat, sementara padi sawah tadah hujan membutuhkan air hujan yang cukup. Maka seringkali terjadi puluhan ribu hektar tidak menghasilkan sama sekali atau hasilnya rendah akibat air hujan yang tidak mencukupi.
            Lahan sawah tadah hujan umumnya mempunyai produktivitas tanah dan tanaman rendah akibat rendahnya tingkat kesuburan tanah dan curah hujan tidak menentu. Perbaikan sifat fisik, kimia, dan hayati tanah sawah tadah hujan dapat dilakukan dengan pemberian pembenah oganik seperti jerami padi. Sedangkan peningkatan produktivitas sawah tadah hujan dapat ditempuh melalui pemberian pembenah organik dan pengelolaan tanaman. Namun pemberian pembenah organik dan pengelolaan tanaman padi dapat berpengaruh terhadap emisi gas rumah kaca, terutama emisi gas metana (CH4).
Penelitian lapang yang dilaksanakan di lahan sawah tadah hujan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jerami padi dan sistem tanam padi terhadap emisi metana dan hasil padi. Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok, tiga ulangan, dan enam perlakuan kombinasi sistem tanam dan pemberian jerami padi. Padi yang ditanam dengan sistem tanam benih langsung memberikan pertumbuhan lebih baik, hasil gabah lebih tinggi, dan mengemisi CH4 lebih rendah dibandingkan dengan sistem tanam pindah. Sistem tanam benih langsung mampu menurunkan emisi metana rata-rata 33,3 persen dan meningkatkan hasil gabah padi Ciherang rata-rata 76 persen dibandingkan pada sistem tanam pindah. Pemberian jerami padi pada sistem tanam benih langsung nyata mengemisi metana lebih rendah dan menghasilkan gabah lebih tinggi daripada pada sistem tanam pindah. Jerami padi yang diberikan dalam bentuk melapuk cenderung mengemisi CH4 lebih rendah daripada dalam bentuk jerami segar. Hasil gabah tinggi dan emisi CH4 relatif rendah tercapai bilamana jerami padi diberikan dalam bentuk lapuk dan padi ditanam dengan sistem tanam benih langsung.
Salah satu indikator kualitas tanah adakah kandungan bahan organik tanah, selain indikator yang lain seperti sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Diambilnya bahan organik sebagai salah satu indikator yang perlu diperhatikan karena sifatnya yang sangat labil dan kandungannya berubah sangat cepat tergantung manajemen pengelolaan tanah. Walaupun kandungan bahan organik tanah sangat sedikit yaitu 1 – 5% dari berat total tanah mineral, namun pengaruhnya terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah sangat besar. Manfaat bahan organik sudah teruji kehandalannya dalam memperbaiki kualitas tanah (Soegiman, 1982).
Tanah bertekstur liat seperti pada  lahan sawah tadah hujan mencakup sekitar 37 juta ha yang diperkirakan sekitar 1/3 total area yang ditanami padi di dunia (IRRI, 1997). Karena ketersediaan air yang fluktuatif, maka kondisi secara hydrologi sangat bervariasi dari tergenang sempurna tanaman padi hingga kekeringan dimana hal ini sering terjadi dalam musim yang sama. mempunyai kadar P-tersedia rendah dan mempunyai kapasitas mengadsorpsi fosfor yang besar (Singh dan Sovyanhadi, 1998). Oleh karena adanya pertanaman yang intensif, bahan organik tanah telah terkuras sehingga akhirnya menurunkan kesuburan tanah. Penambahan BO ke dalam tanah adalah solusi yang terbaik untuk mengatasi penurunan tingkat kesuburan tanah.
Kandungan bahan organik tanah telah terbukti berperan sebagai kunci utama dalam mengendalikan kualitas tanah baik secara fisik, kimia maupun biologi. Dan bahwa Bahan organik mampu memperbaiki sifat fisik tanah seperti menurunkan berat volume tanah, meningkatkan permeabilitas, menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi tanah, meningkatkan stabilitas agregat, meingkatkan kemampuan tanah memegang air, menjaga kelembaban dan suhu tanah, mengurangi energi kinetik langsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah (Stevenson,1994).

















2.2 Evaluasi Kesuburan Tanah pada Sawah
Penilaian (evaluasi) tingkat kesuburan tanah dapat dilakukan pada bahan tanah atau tanaman yang tumbuh di tanah tersebut.
Tabel 1. Tingkat kesuburan tanah sawah 
Karakter
Tidak subur
subur
sangat subur
Tekstur
pasiran, pasir geluhan, geluh pasiran
geluh lempungan, lempung
geluh lempungan,  lempung
C-organik (% C)
< 1
1-1,5
1,5 – 2,5
KPK (cmolc kg-1)
< 10
10-20
> 20
P-Olsen (ppm)
<5
5-10
> 10
K tertukar (cmolc kg-1)
<0.15
0.15–0.30
> 0,3
pH setelah tergenang
<6.5
6,5-7
6,5 – 7
Kekahatan/keracunan hara mikro
ya
nihil
nihil
Hasil (GY0) (t ha-1)
2,5
4,0
5,0
INS (sediaan asli N) (kg N ha-1)
30
50
70
IPS (sediaan asli P) (kg P ha-1)
10
15
20
IKS (sediaan asli K) (kg K ha-1)
50
75
100




2.3 Evaluasi dan Perbaikan Kesuburan Tanah pada Sawah Tadah Hujan.

Dalam tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan sebagai susunan partikel-partikel primer menjadi satu kelompok partikel (cluster) yang disebut agregat, yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta mempunyai sifat yang berbeda darisekumpulan partikel primer yang tidak teragregasi (Handayani & Sunarminto, 2002).
 De Boodt (1978) menyatakan bahwa struktur tanah berpengaruh terhadap gerakan air, gerakan udara, suhu tanah dan hambatan mekanik perkecambahan biji serta penetrasi akar tanaman. Karena kompleknya peran struktur, maka pengukuran struktur tanah didekati dengan sejumlah parameter antara lain bentuk dan ukuran agregat, agihan ukuran agregat, stabilitas agregat, persentase agregasi, porositas (BV, BJ). Kebanyakan pada tanah sawah tadah hujan struktur tanah berukuran halus sampai sangat halus, sebab banyak dilakukan penggenangan (Ansori, T., 2005).
Konsep pembangunan berkelanjutan terus digalakkan agar kegiatan pertanian senantiasa menguntungkan, aman, lestari dan ramah lingkungan. Perlu penyusunan rekomendasi pemupukan terpadu yang bersifat spesifik lokasi disesuaikan dengan komoditas yang diusahakan dan lahan tempat usahanya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan.Maka dari itu salah satu hal untuk meningkatkan kesuburan tanah pada sawah tadah hujan salah satunya dengan pemupukan.
Beberapa alasan kenapa harus memupuk:
  1. Aplikasi pupuk terhadap hara yang diketahui menjadi faktor pembatas, akan meningkatkan hasil.
  2. Pengusahaan tanaman dengan hasil tinggi (high yielding), membutuhkan tanah yang subur secara berkesinambungan.
  3. Hara yang diserap oleh tanaman harus digantikan.
  4. Penggunaan pupuk yang tepat akan meningkatkan keuntungan ekonomi.
Hubungan antara kesuburan tanah dengan keadaan lingkungan dapat digambarkan sebagai berikut. Hara dapat bergerak menuju badan air permukaan atau air dalam tanah. Hal ini disebabkan bentang lahan saling berhubungan, lahan pertanian tidak terpisah dari lingkungan di sekitarnya. Pengelolaan hara yang buruk, misalnya pemupukan yang berlebihan, pengelolaan rabuk yang sembarangan, akan menimbulkan beaya lingkungan.
Dalam hal ini kita juga harus memperhatiakan tekstur tanah.Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat2 tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain2 (La An, 2007).Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Teristimewatekstur merupakan perbandingan relatif pasir, debu dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil. Tekstur tanah sering berhubungan dengan permeabilitas, daya tahan memegang air, aerase dan kapasitas tukar kation serta kesuburan tanah  (Wahyu, 2009).
2.4 Analisis Kesuburan Tanah pada Sawah Tadah Hujan.
Produksi padi sawah tadah hujan yang dihasilkan oleh petani sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi, tingkat teknologi yang digunakan, dan efisiensi dari suatu usahatani. Karena ketersediaan air yang fluktuatif, maka kondisi secara hidrologi sangat bervariasi dari tergenang sempurna tanaman padi hingga lahan mengalami kekeringan, dimana hal ini sering terjadi dalam musim yang sama, sebab pada sistem ini curah hujan relatif sedikit. Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah, maka  kondisi fisik, kimia dan biologi tanah dijadikan sebagai indikator untuk menentukan kualitas tanah melalui cara analisis tanah. Analisis meliputi sifat fisik tanah berdasarkan tekstur dan struktur, sifat kimia tanah berdasarkan pH, dan sifat biologi tanah berdasarkan kandungan Bahan organik.
Berdasarkan hal tersebut prosentase pasir lebih besar jika dibandingkan dengan lempung dan debu. Hal tersebut menandakan bahwa tanah pada lahan sawah tadah hujan dapat meloloskan air lebih besar, dimana hal tresebut disebabkan oleh ketersediaan air yang fluktuatif yang tergantung pada curah hujan, dimana curah hujan yang terjadi pada tanah sawah tadah hujan cenderung sedikit. Berdasarkan prosentase tersebut, maka dapat di tetapkan kelas tekstur dari tanah sawah tadah huajan, yakni sandy loam.
Struktur tanah yang dianalisis dibedakan menurut derajad struktur, ukuran, dan bentuk agregat, dimana pada tanah sawah tadah memiliki drajat struktur sebesar 3, yang menandakan bahwa tanah sawah tadah hujan tergolong tanah yang kuat, serta jika dipecah dengan menggunakan jari agak etrasa ada tahanan pada jari. Untuk bentuk setelah diukur berdasarkan ulangan cukup bervariasi mulai dari g (granular), pl (lempeng), dan b (gumpal). Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan  pada saat pemecahan tanah, sehingga bentuk tanah yang didapatkan juga berbeda. Sedangkan ukuran agregatnya lebih dominan pada vf (sangat halus).

2.5 Persiapan dalam Pengelolaan Sawah Tadah Hujan

Seperti kita ketahui bahwa, kesuburan lahan sawah tadah hujan tidak sesubur lahan sawah irigasi, untuk itu dalam penerapan teknologi budidaya padi yang digunakan umumnya menggunakan teknologi "gogo rancah (gora)". Sarana produksi yang diperlukan untuk melakukan budidaya padi sawah tadah hujan, hampir sama dengan sarana produksi yang dipergunakan pada budidaya padi sawah irigasi yaitu : 1) lahan; 2) benih/bibit; 3) saluran irigasi; 4) pupuk; 5) obat-obatan; 6) peralatan pengolahan tanah; 7) peralatan panen dan pasca panen; dan 8) tempat penyimpanan; .
1.Lahan
Lahan sawah tadah hujan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) pengairan tergantung pada turunnya air hujan; 2) kandungan unsur hara rendah maka tingkat kesuburan tanah juga rendah; 3) bahan organik relative rendah dan sulit dipertahankan dalam jangka panjang; 4) produktivitas rendah (3,0 - 3,5 ton per hektar).
2.Benih
Mengingat sebaran curah hujan yang terbatas, benih yang cocok dipergunakan diantaranya adalah benih varietas unggul dengan umur pendek yaitu varietas "Mekongga" yang mempunyai sifat-sifat : 1) umur pendek (116 - 125 hari); 2) produksi tinggi (rata-rata mencapai 6,0 ton per hektar GKG); 3) agak tahan terhadap wereng coklat dan hawar daun bakteri strain IV; 4) rasa nasi enak dan pulen.
3.Pupuk          
Untuk lahan sawah tadah hujan pupuk yang dipergunakan selain pupuk an organik, juga pupuk organik. Nitrogen merupakan hara utama yang paling mudah hilang (larut dalam aliran air atau melalui penguapan). Secara umum ada beberapa pilihan jenis pupuk an organik yang dapat diberikan agar mendapatkan pertumbuhan tanaman dan hasil yang baik, antara lain :
1.         Pupuk N dengan dosis 90 kg/hektar; pupuk N dalam bentuk pupuk urea dengan dosis 200 kg/hektar; pupuk Phosfat (P2O5) dengan dosis 36 kg/ hektar;
2.         Pupuk Phosfat (SP36) dengan dosis 100 kg/ hektar;
3.         Pupuk Kalium (K20) dengan dosis 60 kg/ hektar; Kalium (KCl) 100 kg/ hektar,Untuk meningkatkan efisiensi pupuk an organik pada lahan sawah tadah hujan, perlu ditambahkan dengan pupuk organic atau pupuk kandang sebanyak 3 - 5 ton/ hektar/ tahun, yang diberikan setelah pengolahan tanah pertama.
4.Obat-obatan

            Penyakit utama yang menyerang padi sistim gogo rancah adalah penyakit blas yang disebabkan oleh jamur pyricularia grisea dan panyakit bercak daun coklat helminthosporium oryzae dan bercak daun bergaris cercospora oryzae. Pemberantasannya dilakukan dengan fungisida.

5.Alat pengolah tanah

            Di lahan sawah tadah hujan, pengolahan tanah dilakukan dua kali yaitu pada saat hujan perama turun, kemudian tanah dikelantang. Setelah frekuensi hujan cukup banyak, tanah diolah lagi dan diratakan dengan menggunakan alat-alat seperti :cangkul, bajak singkal (dengan ternak/ kerbau), traktor tangan (hand tractor).
6.Alat panen

1. Sabit (biasa/ bergerigi) merupakan alat panen padi yang umumnya digunakan untuk memotong padi varietas unggul baru. Alat ini sangat dianjurkan karena mampu menekan kehilangan hasil sebesar 3%. Spesifikasi sabit bergerigi yaitu : a) gagang terbuat dari kayu bulat dengan diameter 2cm dan panjang 15 cm
b) mata pisau terbuat dari baja keras yang satu sisinya bergerigi antara 12-16 gerigi sepanjang 1 inci.

2. Perontok padi. Ada beberapa jenis alat perontok padi yaitu :

a) Gebotan, merupakan alat perontok padi tradisionil dengan komponen alat terdiri dari : (1) rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan empat kaki dan dapat berdiri diatas tanah; (2) meja rak perontok terbuat dari belahan bamu/kayu membujur atau melintang dengan jarak renggang 1-2 cm; (3) dibelakang samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar bamboo, plastic lembaran atau terpal, sedangkan bagian depan terbuka.

b) Pedal Thresher, yaitu alat perontok padi dengan konstruksi sederhana yang dapat digerakkan dengan tenaga manusia. Alat ini mempunyai kelebihan yaitu menghemat tenaga dan waktu (kapasitas kerja 75-100 kg per jam dan dapat dioperasikan oleh 1 orang), mudah dioperasikan dan dapat menekan kehilangan hasil sekitar 2,5%;

c) Power Thresher, yaitu alat perontok padi yang digerakkan dengan tenaga motor penggerak. Alat ini mempunyai kelebihan yaitu kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi. Alat ini dapat menekan kehilangan hasil sekitar 3 %;
7.Alat Pengering

            Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah sehingga siap untuk diolah/digiling dan aman untuk disimpan dalam waktu lama. Beberapa alat untuk pengering :

1. Lantai jemur, yaitu sarana pengeringan gabah basah dengan memanfaatkan panas sinar matahari berupa lantai jemur ari semen atau menggunakan alas dari terpal/plastik.
2. Mesin Pengering, yaitu alat pengering yang dioperasikan dengan mesin. Ada tiga macam alat pengering yaitu :a) flat bed dryer; dan b) continous flow dryer.
8.Alat Penggilingan

            Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras yang meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penosohan dan penyimpanan. Ada dua macam alat yang dapat digunakan yaitu :
1.      Alu dan lesung, yaitu alat untuk memecah kulit gabah dengan cara dipukul-pukul di lesung dengan menggunakan alu;
2.      Mesin penggilingan, yaitu alat pengupasan sekam gabah menjadi beras dengan menggunakan mesin penggiling
3.      Mesin penyosoh, yaitu alat untuk membersihkan beras dari kotoran-kotoran yang ada.
9.Wadah untuk penyimpanan gabah/beras 

            Penyimpanan merupakan perlakuan untu mempertahankan gabah/beras agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu dan terlindung dari gangguan serangga/kutu, jamur dan binatang pengerat, yang dapat menurunkan kualitas gabah/beras. Alat penyimpanan gabah dapat dilakukan dengan silo (penyimpanan gabah dengan sistim curah) dan penyimpanan gabah/beras dengan wadah/kemasan.
BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Sawah tadah hujan adalah sawah yang pengairannya berasal dari air hujan. Pada sawah ini, tanaman padi sangat bergantung pada musim hujan. Setiap tahun petani dapat panen padi 1-2 kali. Untuk menghindari ancaman kekeringan pada musim kemarau, petani lebih banyak menanam padi 1 kali diselingi dengan tanaman palawija lainnya.
Bertanam padi di sawah tadah hujan dalam mengusahakan padi disawah, soal yang terpenting adalah bidang tanah yang ditanami harus dapat :
a. Menanam air sehingga tanah itu dapatb digenangi air
b.Mudah memperoleh dan melepaskan air
Hal_hal yang perlu diperhatikan dalam sawah tadah hujan yaitu
a.Varietas
b.Penanaman
c.Pemupukan
d.Pengendalian Hama dan Penyakit
e.Panen dan Pasca Panen

3.3 Saran
            Ada baiknya sawah tadah hujan di padukan dengan irigasi yang baik sehingga kualitas dari kesuburan tanah yang ada tetap terjaga sering adanya kandungan air yang terdapat di dalam tanah pada sawah hujan yang juga di barengi dengan pemberian pupuk secara berlanjut dan berkombinasi.


DAFTAR PUSTAKA


Abdullh, T,. 2008. Reaksi Tanah (pH Tanah). http://elisa.ugm.ac.id Diposkan pada juli 2008 pukul 17:18.
Ansori, T. 2005 Mengenal Bahan Organik Lebih Jauhhttp://elisa.ugm.ac.i. diposkan pada 10 Oktober 2005
Black, C. A.  1965.  Methods of Soil Analysis. Part 1.   American Society of Agronomy, Madison, Wisconsin.
Graham, E.R. 1948. Determination of soil organik mater by means of a photoelectric colorimeter. Soil Sci. 65: 181 - 183.
IRRI. 1997.  Rice Almanac, 2nd Edition.  International Rice Research Institute, Manila. 181p
Jacob, A. dalam Black. 2008. Sifat Fisik Tanah. http://tumoutou.net/3sem1.diposkan pada 12 januari 2008.
Leiwakabessy, F. M. dan O. Koswara.  1985.  Metode dan Teknik Pengumpulan, Analisis dan Interpretasi Data Kesuburan Tanah.  Jurusan Tanah Fakultas Pertanian  IPB.
Karama, A.S., Marzuki A.R. dan manwan, I. 1990. Penggunaan pupuk organik pada tanaman pangan. Lokakarya Nasional. Efisiensi Pemupukan V. Cisarua 12-13 Nopember 1990. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian
Sitompul, S.M. dan Setijono, S.. 1990. Bahan organik dan efisiensi pemupukan nitrogen. Lokakarya Nasional, Efisiensi Pemupukan V. Cisarua 12-13 Nopember 1990. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian
Soegiman 1982. Ilmu Tanah (Terjemahan). Bhratara Karya Aksara. Jakarta
Stevenson F.J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reaction. (John Wiley & Sons. New York)
Wahyu, 2009. Tekstur tanah. http://wahyusoil.blogspot.com. Diposkan pada 4 januari 2009.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar