Pages

Minggu, 08 Maret 2015

Dasar - Dasar Agronomi ( Penanaman Jagung dengan berbagai perlakuan cara pemupukan )



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Jagung merupakan tanaman pangan yang banyak digunakan untuk bahan makanan pokok. Salah satu produk dari tanaman jagung yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan adalah jagung semi (baby corn), yaitu jagung yang dipanen saat masih muda dan belum membentuk biji. Kendala yang umum timbul dalam memproduksi jagung semi antara lain adalah belum tersedianya varietas unggul jagung yang dirakit khusus sebagai jagung semi. Sebagian besar produksi jagung semi menggunakan varietas jagung pipil yang sudah tersedia di pasar. Karakteristik varietas jagung yang dapat digunakan untuk memproduksi jagung semi diantaranya yaitu umur panen pendek, hasil panen tinggi, jumlah tongkol tiap tanaman banyak (prolifik), dan tongkol berkualitas baik dalam hal rasa, ukuran, dan warnanya. Varietas jagung yang banyak digunakan sebagai benih jagung baby corn di Indonesia antara lain adalah jagung hinrida varietas C-1 dan C-2, Pioneer-1, 2, 7, dan 8, CPI-1, Bisi-2 dan Bisi-3, IPB-4, serta Semar-1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9.

Aplikasi pupuk pada tanaman jagung terutama urea adalah dengan cara ditugal di samping tanaman, kemudian ditutup dengan tanah. Cara ini diketahui lebih efisien, namun kini perlu dikaji kembali karena banyak petani berdasarkan pertimbangan sosial, tenaga kerja dan biaya, sehingga pupuk hanya disebarkan di atas permukaan tanah (Akil et al. 2007). Di banyak tempat utamanya di Jawa Timur, cara aplikasi pupuk dengan di itugal di samping tanaman telah ditinggalkan petani dengan alasan kekurangan tenaga kerja. Sebagai penggantinya petani menempatkan pupuk di atas permukaan tanah tanpa ditutup tanah, dan sehari kemudian diairi atau dibiarkan saja. 

Petani di Kabupaten Kediri menggunakan pupuk urea dengan takaran 500 – 700 kg/ha. Pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan jagung antara lain :
1). Pentingnya kecepatan perkecambahan dikaitkan dengan jumlah\pupuk yang digunakan.
2). Nilai jual jagung dengan pupuk urea lebih mahal dibandingkan dengan jagung yang menggunakan pupuk micin.
3). Jagung yang diberi pupuk urea terlihat lebih menarik dibangingkan dengan jagung yang menggunakan pupuk micin.
Pusat produksi jagung di dunia tersebar di negara tropis dan subtropis. Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase baik, dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah kurang dari 40% kapasitas lapang, atau bila batangnya terendam air.

Pada dataran rendah, umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran tinggi di atas 1000 m dpl berumur 4-5 bulan. Umur panen jagung sangat dipengaruhi oleh suhu, setiap kenaikan tinggi tempat 50 m dari permukaan laut, umur panen jagung akan mundur satu hari.

Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi, dari dataran rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan bermacam pola tanam. Tanaman jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan, toleran terhadap kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian subsistem, pertanian komersial skala kecil, menengah, hingga skala sangat besar. Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman jagung rata-rata 26-300C dan pH tanah 5,7-6,8 (Subandi et al. 1988). Produksi jagung berbeda antardaerah, terutama disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah, ketersediaan air, dan varietas yang ditanam. Variasi lingkungan tumbuh akan mengakibatkan adanya interaksi genotipe dengan lingkungan , yang berarti agroekologi spesifik memerlukan varietas yang spesifik untuk dapat memperoleh produktivitas optimal.

Produksi jagung di Indonesia selama 5 tahun terakhir terus meningkat, pada tahun 2006 mencapai sekitar 12 juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan meningkat menjadi 13,6 juta ton. Pengguna jagung yang terbesar adalah industri pakan ternak, kemudian menyusul untuk industri makanan dan untuk konsumsi langsung manusia. Kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak berkisar 5 juta ton/tahun dengan laju kenaikan sekitar 10% - 15% setiap tahunnya. Dengan demikian seharusnya produksi jagung dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan pabrikan pakan ternak. Namun demikian, produksi jagung di Indonesia umumnya bersifat musiman dan wilayahnya tersebar di berbagai daerah/ wilayah. Kondisi ini menyebabkan pasokan (supply) jagung dan proses pengumpulannya untuk keperluan pabrik pakan ternak tidak terjamin kuantitas, kualitas maupun kontinyuitasnya. Hal ini menyebabkan para industri pakan ternak cenderung melakukan impor jagung. Ketergantungan pabrik pakan ternak terhadap jagung impor sangat tinggi yaitu sekitar 40% atau lebih kurang 1 juta ton pertahun. Hal tersebut disebabkan karena para industri pakan ternak lebih senang untuk melakukan impor karena terjaminnya pasokan yang kontinyu serta terjaminnnya kualitas/mutu dengan harga yang relatif lebih rendah. 

Pada saat ini pabrikan pakan ternak memiliki kapasitas penyimpanan jagung dalam bentuk silo dan gudang-gudang penyimpanan yang sangat terbatas. Sementara itu, para petani dan pedagang juga belum memiliki gudang penyimpanan atau silo yang memadai, sehingga pada saat panen raya produksi jagung melimpah dan harga menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan hilangnya kesempatan petani untuk meningkatkan pendapatannya. Hal ini dikhawatirkan akan mendorong keengganan petani untuk menanam jagung di masa depan. 

Jenis jagung dapat diklasifikasikan berdasarkan: (i) sifat biji dan endosperm, (ii) warna biji, (iii) lingkungan tempat tumbuh, (iv) umur panen, dan (v) kegunaan. Jenis jagung berdasarkan lingkungan tempat tumbuh meliputi: (i) dataran rendah tropik (<1.000 m dpl), (ii) dataran rendah subtropik dan mid-altitude (1.000-1.600 m dpl), dan (iii) dataran tinggi tropik (>1.600 m dpl). Jenis jagung berdasarkan umur panen dikelompokkan menjadi dua yaitu jagung umur genjah dan umur dalam. Jagung umur genjah adalah jagung yang dipanen pada umur kurang dari 90 hari, jagung umur dalam dipanen pada umur lebih dari 90 hari. Sejalan dengan perkembangan pemuliaan tanaman jagung, jenis jagung dapat dibedakan berdasarkan komposisi genetiknya, yaitu jagung hibrida dan jagung bersari bebas. Jagung hibrida mempunyai komposisi genetik yang heterosigot homogenus, sedangkan jagung bersari bebas memiliki komposisi genetik heterosigot heterogenus. Kelompok genotipe dengan karakteristik yang spesifik (distinct), seragam (uniform), dan stabil disebut sebagai varietas atau kultivar, yaitu kelompok genotipe dengan sifat-sifat tertentu yang dirakit oleh pemulia jagung. Diperkirakan di seluruh dunia terdapat lebih dari 50.000 varietas jagung.




1.2. Tujuan Praktikum
            Untuk mengetahui dan memahami cara pemupukan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis. Merekomendasikan cara pemupukan yang terbaik untuk budidaya jagung manis.

1.3 Hipotesis
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Jagung adalah tanaman herba monokotil dan tanaman semusim iklim panas. Tanaman ini berumah satu, dengan bunga jantan tumbuh sebagai perbungaan ujung (tassel) pada batang utama (poros atau tangkai) dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai pembungaan samping (tongkol) yang berkembang pada ketiak daun. Tanaman ini menghasilkan satu atau beberapa tongkol (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Menurut Rukmana (1997), klasifikasi tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Class                : Monocotyledoneae
Ordo                : Poales
Familia            : Poaceae (Graminae)
Genus              : Zea
Spesies            : Zea mays L.

Akar yang tumbuh relatif dangkal merupakan akar adventif dengan percabangan yang amat lebat, yang menyerap hara pada tanaman. Akar layang penyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak dan membantu penyerapan unsur hara. Akar layang ini tumbuh di atas permukaan tanah, tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak bercabang sebelum masuk ke tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60 – 300 cm (Purwono dan Hartono, 2006). Daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis, mempunyai ibu tulang daun yang terletak tepat di tengah-tengah daun. Tangkai daun merupakan pelepah yang biasanya berfungsi untuk membungkus batang tanaman jagung. Daun pada tanaman jagung mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan tanaman utamanya dalam penentuan produksi (Warisno, 2009).
Jumlah daun umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka sempurna adalah 3-4 hari setiap daun. Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah beriklim sedang (temperate) (Suprapto dan Marzuki, 2002).
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoceous) karena bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina (tongkol) muncul dari axillary apical tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal diujung tanaman. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada tongkol. Hampir 95 % dari persariannya berasal dari serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5 % yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri. Karena itu disebut juga tanaman bersari bebas (cross pollinated crop) (Sunarti dkk, 2009).
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada umumnya, biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8 – 20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (seedcoat), endosperm dan embrio (Rukmana, 2009).
Tanaman jagung dapat tumbuh pada ketinggian 50-1800 m dpl. Tetapi ketinggian optimal adalah 50 – 600 m dpl. Untuk berproduksi secara optimal memerlukan tanah yang gembur, subur dan kaya akan unsur hara, aerasi dan drainase baik, kaya akan bahan organik dengan keasaman tanah (pH) antara 5,6 – 7,5 (Redaksi Ciptawidiya Swara, 2008).
Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak. Oleh karena pada umumnya tanah di Indonesia miskin hara dan rendah bahan organiknya, maka penambahan pupuk N, P dan K serta pupuk organik (kompos maupun pupuk kandang) sangat diperlukan (Murni dan Arif, 2008).
Curah hujan yang dikehendaki adalah antara 1000 - 2500 mm/tahun, atau idealnya sekitar 85 – 200 mm / bulan, dengan penyinaran matahari penuh. Suhu udara yang dikehendaki antara 21 – 340C, tetapi untuk pertumbuhan optimum tanaman jagung menghendaki suhu antara 23 – 270C (Redaksi Ciptawidiya Swara, 2008).
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan. Oleh karena itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan. Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat ditentukan dengan baik dan tepat (Murni dan Arif, 2008).
Di antara komponen teknologi produksi, varietas unggul mempunyai peran penting dalam peningkatan produksi jagung. Perannya menonjol dalam potensi hasil per satuan luas, komponen pengendalian hama/penyakit (toleran), kesesuaian terhadap lingkungan, dan preferensi konsumen (Akil dan Dahlan, 2009).
Keragaman penampilan tanaman terjadi akibat sifat didalam tanaman (genetik) atau perbedaan lingkungan atau keduanya (Sitompul dan Guritno, 1995).
Benih bermutu baik dan berasal dari varietas unggul merupakan faktor terpenting yang dapat menentukan tinggi atau rendahnya hasil tanaman.        Usaha-usaha lain seperti perbaikan bercocok tanam, pengairan yang baik, pemupukan berimbang serta pengendalian hama dan penyakit, hanya dapat memberi pengaruh yang maksimal apabila disertai dengan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul (Warisno, 2009).
Varietas unggul jagung adalah jenis jagung yang mempunyai sifat-sifat lebih baik dari pada jenis-jenis lainnya. Sifat penting yang harus dimiliki suatu varietas unggul adalah berpotensi hasil tinggi, berumur pendek (genjah), dapat menyerap pupuk sebaik mungkin dan tahan terhadap hama maupun penyakit (Rukmana, 2009).

Pada dasarnya varietas jagung digolongkan kedalam dua golongan varietas, yaitu:
· Varietas bersari bebas: Yang dimaksud dengan varietas bersari bebas adalah varietas yang benihnya dapat dipakai terus-menerus dari setiap pertanaman. Benih yang digunakan tentunya berasal dari tanaman atau tongkol yang mempunyai cirri-ciri dari varietas tersebut.
Berdasarkan bahan penyusunnya, varietas jagung bersari bebas dibedakan menjadi varietas komposit dan varietas sintetik.
1. Varietas komposit. Jagung varietas komposit adalah varieetas yang versal dari campuran sejumlah plasma nutfah yang telah mengalami kawin acak (random mmating beberapa kali)
2. Variasi sintetik. Jagung varietas sintetik adalah varietas yang berasal darii campuran dua atau lebih galur perkawinan sendiri.
· Varietas hibrida : Yang dimaksud dengan jagung varietas hibrida adalah keturunan pertama (F1) dari persilangan antara: varietas x varietas, varietas x galur, atau galur x galur. Varietas hibrida yang akan diuraikan dibawah ini adalah keturunan pertama dari persilanggan yang melibatkan suatu galur. Hasil perkawinan sendiri (selfing) suatu varietas atau populasi selama 5-6 generasi akan menghasilkan suatu galur murni (inbred line). Pada setiap kali dilakukan perkawinan sendiri akan terjadi penurunan sifat-sifat, dimana kekuatan tanaman makin menurun. Peristiwa ini diebut inbreeding. murni yang bersal dari dua varietas atau populasi yang disilangkan, maka bila kedua galur tersebut mempunyai daya gabung yang baik, keturunan pertama dari hasil persilangan tersebut mempunyai daya hasil yang lebih tinggi dari rata-rata kedua bahan asalnya. Kenaikan hasil tersebut disebabkan adanya efek heterogenisis. Contoh varietas hibrida adalah single cross, double cross, three-way cross, modified single cross, dan lain-lain (Sparague, 1977)
Hari panas dan suhu malam yang tinggi meningkatkan pertumbuhan secara keseluruhan dan walaupun suhu panas adalah ideal untuk pertumbuhan vegetative dan tongkol, suhu sedang adalah optimum untuk akumulasi karbohidrat. Produktifitas dan kesegeraan panen umumnya lebih baik pada suhu panas. Beberapa kultivar dapat dipanen secepatnya pada umur 70 hari sedangkan kultivar umur dalam memerlukan lebih dari 110 hari (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Jagung tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. tanah liat lebih disukai karena mampu menahan lengas yang lebih tinggi. Tanaman ini peka terhadap tanah masa, dan tumbuh baik pada kisaran pH antara 6 – 6,8 dan agak toleran terhadap kondisi basa. Tanaman jagung manis memerlukan kelengasan yang tinggi berkisar 500-700 mm per musim. Cekaman kelengasan paling kritis terjadi selama pembentukan rambut dan pengisian biji. Kekurangan air dalam waktu singkat biasanya dapa ditoleransi dan hanya berpengaruh kecil terhadap perkemmbangan biji. Akan tetapi kekurangan air yang berkepanjangan setelah penyerbukan dapat secara nyata menurunkan bobot kering biji. Pada kondisi tersebut, pertumbuhan biji sebagian disokong oleh mobilisasi asimilat yang peka terhadap drainase tanah yang jelek dan tidak tahan genangan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Penyesuaian diri varietas, iklim, kesuburan tanah, praktek produksi dan factor ekonomi sangat mempengaruhi produksi jagung. Performa tanaman baik di tempat yang irigasinya baik, tanah yang subur dengan temperature yang tinggi pada musim panas, malam yang hangat dan curah hujan yang luas selama musim tanam. Jumlah, koma, distribusi dan efisiensi dari curah hujan adalah faktor penting dari produksi jagung. Curah hujan yang berlebihan, menyebabkan pencucian nutrisi tanah dan mungkin meningkatkan timbulnya beberapa penyakit (Jugenheimer, 1958).
Menurut Gardner et. al.(1958) salah satu pendekatan terhadap analisis factor-faktor yang mempengaruhi hasil panen dan analisis perkembangan tanaman sebagai penimbunan bersih hasil fotosintesis secara terintegrasi dengan waktu, disebut analisis pertumbuhan. Parameter yang dipakai anatara lain laju pertumbuhan tanaman (LPT/CGR), luas indeks daun (LAI), laju asimilasi bersih (NAR) dan indeks panen (HI). LPT/CGR yaitu bertambahnya berat dalam komunitas tanaman per satuan luas tanah dalam satu atuan waktu, digunakan secara luas dalam analisis pertumbuhan tanamanbudidaya yang ditanam di lapangan. NAR adalah hasil bersih dari hasil asimilasi, kebanyakan hasil fotosintesis per satuan luas daun dan waktu. Untuk meningkatkan produksi tanaman jagung per satuan luas lahan dan waktu dapat dicapai bilamana tanaman memperoleh lingkungan tumbuh yang sesuai dengan pertumbuhannya yaitu melalui pengaturan jarak tanam. Pengaturan jarak tanaman yang tepat bagi tanaman dapat memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi tanaman untuk dapat memanfaatkan sumberdaya lingkungan secara maksimal, baik berupa tanah, iklim maupun air. Factor tanah merupakan sumber nutrisi dan air bagi tanaman. Sedangkan factor iklim yang penting meliputi radiasi surya, suhu, dan kelembaban. Interaksi antara tanaman dan lingkungan akan memberikan gambaran terhadap peerkembanagn dan hasil suatu tanaman (Sumiari, 2000).
Jagung manis adalah sayuran yang sangat baik dan menguntungkan untuk diikut sertakan dalam pergiliran tiga bulanan dengan tanaman-tanaman lain yang cocok, sebaiknya sesudah suatu legume. Jagung manis sekarang adalah hasil panen khusus dan suatu bahan yang popular dalam sop timur dan masakan sayuran. Pada jagung hijau stadia pemetikan adalah sangat menentukan untuk kualitas hasil sesudah dimasak. Panen sudah siap sesudah dua bulan pertumbuhan dan harus dipetik bila biji telah berukuran penuh dan pada stadia masak susu atau akhir stadia masak susu. Pada cuaca kering peerlu pemberian air setiap minggu, terutama selama pemantapan pertumbuhan dan berbunga. Didaerah yang sangat basah atau pada waktu-waktu hujan yang sangat lebat (Williams, 1993).
Jagung manis adalah sayuran yang penting dan popular khususnya di amerika serikat. Secara keseluruhan jagung adalah bahan pangan bijian yang sangat penting bagi manusia dan ternak. Jagung adalah tanaman purba, sebagaimana ditunjukka dari sisaan kelobot. Jagung manis adalah tanaman herba monokotil. Dan tanaman semusim iklim panas. Tanaman ini berumah satu. Dengan bunga jantan tumbuh sebagai perbungaan ujung (tassel) Pada batang utama (poros atau tangkai), dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai perbungaan samping (tongkol) yang berkembang pada ketiak daun. Tanaman ini menghasilkan satu atau beberapa tongkol. Kadang-kadang bunga jantan tumbuh paa ujung tongkol, dan bunga betina pada tassel (Vincent, 1998)
Bila tanah lembab waktu jagung ditanam, maka tanah tak perlu dialiri lagi hingga tinggi jagung mencapai 20 cm. Bila tanah kering maka dibiarkan air itu mengalir didalam parit antara barisan-barisan jagung, tetapi jagalah supaya jangan terlalu banyak hingga tergenang air. Tanah disekeliling jagung harus digemburkan dan dibersihkan dari rumput atau tanaman pengganggu lainnya (Ende-Flores, 1984).
Unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman jagung ialah N, P dan K. Varietas jagung yang berumur dalam lebih tanggap terhadap pemupukan (memerlukan pupuk lebih banyak). Selain itu dosis pupuk juga bergantung pada jenis lahan, jenis tanah dan kesuburannya, juga resed dari pemberian pupuk pada tanaman sebelumnya. Pupuk P dan K cukup diberikan satu kali bersamaan saat tanam. Sebagai patokan, dosis pupuk TSP sebanyak 40-80 kg / ha dan KCL 50 kg / ha. Pupuk N diberikan tiga kali, yaitu pertama (pupuk dasar) sebanyak sepertiga bagian pada waktu tanam, kedua sebanyak sepertiga bagian pada saat umur 25-30 hari setelah tanam dan ketiga sebanyak sepertiga bagian pada umur 40-45 hari setelah tanam (Dirjen Tanaman Pangan dan Holtikultura, 1994).
Pada jagung, hybrid dapat dibuat secara manual. Morfologi tanaman jagung yang berumah satu mempermudah perlakuan emaskulasi untuk mendahului antesis, yaitu dengan menarik atau mematahkan tangkai bunga jantan. Cara praktis yang umum digunakan dalam memproduksi biji jagung hybrid, sperti dijelaskan oleh Craig, ialah dengan cara menanam beberapa deretan tanaman betina, kemudian diselingi dengan sejumlah tanaman jantan, diselingi lagi dengan tanaman betina dan seterusnya. Dengan cara demikian dapat dihasilkan panenan dari induk betina secara terpisah dan kemurnian biji hybrid pun dapat terpelihara. Deretan tanaman jantan kadang-kadang dirusak secara sengaja atau rapuh sendiri setelah penyerbukan (James,1991).
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi.  Misalnya urea berkadar N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga dan Marsono, 2000).
Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk.  Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan sebagainya.  Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K dan sebagainya (Hardjowigeno, 2004).
Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya dapat terukur dengan tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat, (3) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4) Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan dengan pupuk organik.  Pupuk anorganik mempunyai  kelemahan, yaitu selain hanya mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung  unsur hara mikro (Lingga dan Marsono, 2000).
Sejak Liebig mengemukakan teori tentang kadar unsur hara terhadap daya menghasilkan suatu lahan, penggunaan bahan organik untuk mempertahankan produksi tanaman telah digantikan oleh peningkatan penggunaan pupuk kimia (Houng, 1976). Penggunaan pupuk kimia disukai petani karena lebih praktis, diproduksi secara masal, mudah diperoleh, bisa disimpan lama, dibutuhkan dalam jumlah sedikit, dan mampu menyediakan hara bagi tanaman dengan segera. Kelebihan pupuk anorganik dibanding pupuk organik diantaranya mampu memberikan efek yang lebih cepat dan memiliki bentuk fisik yang relatif lebih praktis dan menarik (Yuliarti, 2009).
 Kandungan hara dalam pupuk anorganik dibuat secara tepat dan pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman (Prihmantoro, 1999). Penggunaan pupuk anorganik kemudian diketahui mempunyai efek merusak tanah. Struktur tanah yang secara alami remah menjadi bantat (sangat keras) setelah mendapat perlakuan dengan pupuk kimia secara terus-menerus. Tanaman membutuhkan pupuk baik yang mengandung unsur mikro maupun makro dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhannya agar dapat menghasilkan produksi yang optimal (Andoko, 2008).








BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. Waktu Percobaan
            Tanggal Praktikum      :  20 september 2014 – 13 Desember 2014
            Tempat Praktikum       :  Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

3.2. Bahan dan Alat
1. Bahan
   Benih jagung manis, pupuk urea, TSP, KCL, insektisida Furadan atau Carbofuran, insektisida monocrotofos 15 WSC (Azodrin), fungisida Dithane M-45
2. Alat
   Cangkul, gembor, timba, penyemprot, timbangan, papan nama, ajir bambu, tali rafia dan alat tulis menulis.

3.3. Cara Kerja
1. Pengolahan Tanah
Bedengan atau tanah diolah pada lapisan topsoil (permukaan atas) dengan menggunakan cangkul. Bedengan dibuat dengan ukuran panjang 4 m dan lebar 3 m. Jarak antara bedengan sekaligus sebagai drainase adalah 0.5 m dan usahakan kedalamannya 20 cm. Tanah diolah seminggu sebelum penanaman dilakukan.


2. Perlakuan Cara Pemupukan
    Setelah bedengan atau tanah siap diolah maka setelah penanaman benih aplikasi cara pemupukan dilakukan.  Adapun cara pemupukan (CP) yang diberikan terdiri dari 3 macam, yaitu :
- Cara Pemupukan 1 (CP1) = pupuk diberikan dengan cara larikan
- Cara Pemupukan 2 (CP2) = pupuk diberikan dengan cara disebar
- Cara Pemupukan 3 (CP3) = pupuk ditugal mengitari tanaman
Masing-masing cara pemupukan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali, dan didapat 9 bedengan.
Secara lengkap susunan bedengan dan perlakuan sebagai berikut.
                   BLOK I                                  BLOK II                             BLOK III  











CP1
 



CP2
 



CP3
 



 


                                              4 m









 


                   3 m                                                0,5 cm


CP2
 


CP1
 


CP3
 
          0,5 cm














CP2
 



CP3
 



CP1
 
 






3. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan bantuan ajir banbu dan tali rafia. Kedalaman tanam benih 4-5 cm. Jarak tanam yang dicoba 80 cm x 40 cm. Jarak terpinggir qdalah setengah jarak tanam. Bedeng yang telah ditugal diisi (ditanam) 2 butir benih jagung. Bersamaan dengan menanam benih diberikan sedikit furadan atau carbofuran (0,17) ke dalam lubang tanam. Tujuannya untuk serangan lalat bibit pada awal masa pertumbuhan.  Kebutuhan benih per hektar antara 6-8 kg.

4. Pemupukan
Pupuk yang diberikan adalah 200 kg urea per hektar (4 g per lubang atau  240 g per bedeng), 300 kg TSP per hektar (6 g per lubang tanam atau 360 g per bedeng) dan 200 kg KCL per hektar (4 g per lubang tanam atau 240 g per bedeng). Pemupukan kedua dilakukan pada umur 28 hari setelah tanam dengan cara yang sama.  Pupuk yang diberikan hanya urea sebanyak 250 kg per hektar (5 g per lubang tanam atau 300 g per bedeng). Pupuk diberikan sedalam 10 cm.

5. Pemeliharaan
a. Penyulaman
penyulaman dilakukan pada umur 2 minggu , jika ada tanaman yang tidak hidup.
b. Penyiangan dan pembumbunan
Penyiangan pertama dilakukan pada umur 3 minggu setelah tanam, kemudian dilakukan juga pembumbunan.
c. Penyemprotan hama dan penyakit
pada minggu ke 3 juga dilakukan penyemprotan fungisida yang dicampur dengan insektisida. Pada umur 4 minggu taburkan furadan  di pucuk tanaman.  Pada umur 5 minggu dilakukan penyemprotan, Penyiangan gulma serta pembumbunan.

6. Penyiraman
penyiraman dilakukan setiap sore kecuali jika hari hujan.  Air merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam budidaya tanaman jagung manis. Terutama pada fase awal pertumbuhannya.  Mekanisme penyiraman diluar jadwal praktikum dilakukan secara bergilir oleh praktikan dan dibuat absen secara khusus.
3.4. Pengamatan
1. Pada satu minggu setelah tanam hitung berapa persen benih yang berhasil tumbuh pada setiap bedeng.
2. Catat saat keluar bunga jantan (tassel) dan kapan saat keluar bunga betina (silk) 75%.
3. Pilihlah 10 tanaman contoh secara acak dan amati setiap minggu;
-tinggi tanaman
- hitung jumlah daun
4. Saat umur 8 minggu
- Ukur lingkar batang (10cm dari permukaan tanah)
panjang dan lebar daun ke-8 dari atas dan diukur luas daun dengan metode peafee (pxl daun ke-8 x 0,75 x 9,39)
5. Saat panen
- jumlah tongkol/tanaman
- bobot tonykol berkelobot dan tanpa kelobot
- berapa bagian tongkol yang tidak berbiji
- ukur tongkol tanpa kelobot (panjang dan diameter)
- perkiraan jumlah biji per tongkol (bobot pipilan kering)
- hasil per bedeng tanpa tanaman pinggir














DAFTAR PUSTAKA

Akil,M., dan H.A. Dahlan., 2009. Budidaya jagung dan Diseminasi Teknologi. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros.
Dirjen Tanaman Pangan dan Holtikultura, 1994, Pedoman Rekomendasi Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pangan, Jakarta.
Ende-Flores, 1984, Usaha Perkarangan, PT. Nusa Indah, Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Nugroho, A.,Syamsulbahri., D. Hariyono., A. Soegainto dan Hanitin. 2000. Upaya meningkatkan hasil jagung manis melalui pemberian kompos azolla dan pupuk N. Agrivita 22: 11-17.
Prihmantoro, 2001. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar. Swadaya Jakarta.
Ratnawati E. 2008. Budidaya Udang Windu (Penaeus Monodon) Sistem Seml­Intenslf Pada Tambak Tanah Sulfat Masam. Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Maros. Redaksi Ciptawidya Swara. 2008. Petunjuk Teknik Budidaya 23 Tanaman Unggul. Jakarta.
Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. World Vegetables :Principles, Production and Nutritive Values (Sayuran Dunia I, Prinsip , Produksi dan Gizi, alih bahasa oleh C. Horison). Institut Teknologi bandung, Bandung.
Rukmana, R., 2009. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jakarta.
Sitompul. S.M. dan B. guritno, 1995. AnĂ¡lisis pertumbuhan tanaman. UGM press, Yogyakarta.
Sprague, G.F. 1977. Corn and Corn Improvement. American Society of Agronomy, Inc. USA.
Suminarti, E. N. 2000. Pengaruh jarak tanam dan defoliasi daun terhadap hasil tanaman jagung Zea mays varietas Bisma. Habitat 11:110-117.
Sunarti.S., A.S. Nuning., Syarifuddin dan R. Efendi, 2009. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros.
Suprapto H.S. dan A. R. Marzuki., 2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suyanto R  Dra. Ny. S ,dan Takarina E. P., Ir. Msi. 2009. Panduan Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Yogyakata.
Warisno, 2009. Jagung Hibrida. Kanisius. Jakarta
Weish R. James, 1991, Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Erlangga, Jakarta.
Williams C . N, 1993, Produksi Sayuran di Daerah Tropika, UGM, Yogyakarta.















LAMPIRAN

                                            Bedeng tanaman jagung








Tongkol berkelobot BLOK I, BLOK II, BLOK III


Tongkol tanpa kelobot BLOK I, BLOK II, BLOK III



Perebusan jagung sampel dan pengemasan jagung untuk dipasarkan

1 komentar: