BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung merupakan tanaman pangan
yang banyak digunakan untuk bahan makanan pokok. Salah satu produk dari tanaman
jagung yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan adalah jagung semi (baby
corn), yaitu jagung yang dipanen saat masih muda dan belum membentuk biji.
Kendala yang umum timbul dalam memproduksi jagung semi antara lain adalah belum
tersedianya varietas unggul jagung yang dirakit khusus sebagai jagung semi.
Sebagian besar produksi jagung semi menggunakan varietas jagung pipil yang
sudah tersedia di pasar. Karakteristik varietas jagung yang dapat digunakan
untuk memproduksi jagung semi diantaranya yaitu umur panen pendek, hasil panen
tinggi, jumlah tongkol tiap tanaman banyak (prolifik), dan tongkol berkualitas
baik dalam hal rasa, ukuran, dan warnanya. Varietas jagung yang banyak
digunakan sebagai benih jagung baby corn di Indonesia antara lain adalah jagung
hinrida varietas C-1 dan C-2, Pioneer-1, 2, 7, dan 8, CPI-1, Bisi-2 dan Bisi-3,
IPB-4, serta Semar-1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Aplikasi pupuk pada tanaman
jagung terutama urea adalah dengan cara ditugal di samping tanaman, kemudian
ditutup dengan tanah. Cara ini diketahui lebih efisien, namun kini perlu dikaji
kembali karena banyak petani berdasarkan pertimbangan sosial, tenaga kerja dan
biaya, sehingga pupuk hanya disebarkan di atas permukaan tanah (Akil et al.
2007). Di banyak tempat utamanya di Jawa Timur, cara aplikasi pupuk dengan di
itugal di samping tanaman telah ditinggalkan petani dengan alasan kekurangan
tenaga kerja. Sebagai penggantinya petani menempatkan pupuk di atas permukaan
tanah tanpa ditutup tanah, dan sehari kemudian diairi atau dibiarkan
saja.
Petani di Kabupaten Kediri
menggunakan pupuk urea dengan takaran 500 – 700 kg/ha. Pengaruh pupuk terhadap
pertumbuhan jagung antara lain :
1). Pentingnya kecepatan perkecambahan dikaitkan dengan jumlah\pupuk yang
digunakan.
2). Nilai jual jagung dengan pupuk urea lebih mahal
dibandingkan dengan jagung yang menggunakan pupuk micin.
3). Jagung yang diberi pupuk urea terlihat lebih menarik
dibangingkan dengan jagung yang menggunakan pupuk micin.
Pusat produksi jagung di dunia tersebar di negara tropis dan subtropis.
Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase baik, dengan
kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah kurang dari 40%
kapasitas lapang, atau bila batangnya terendam air.
Pada dataran rendah, umur jagung
berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran tinggi di atas 1000 m dpl berumur
4-5 bulan. Umur panen jagung sangat dipengaruhi oleh suhu, setiap kenaikan
tinggi tempat 50 m dari permukaan laut, umur panen jagung akan mundur satu
hari.
Areal dan agroekologi pertanaman
jagung sangat bervariasi, dari dataran rendah sampai dataran tinggi, pada
berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan bermacam pola tanam. Tanaman
jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim basah dan beriklim kering,
sawah irigasi dan sawah tadah hujan, toleran terhadap kompetisi pada pola tanam
tumpang sari, sesuai untuk pertanian subsistem, pertanian komersial skala
kecil, menengah, hingga skala sangat besar. Suhu optimum untuk pertumbuhan
tanaman jagung rata-rata 26-300C dan pH tanah 5,7-6,8 (Subandi et al. 1988).
Produksi jagung berbeda antardaerah, terutama disebabkan oleh perbedaan
kesuburan tanah, ketersediaan air, dan varietas yang ditanam. Variasi
lingkungan tumbuh akan mengakibatkan adanya interaksi genotipe dengan
lingkungan , yang berarti agroekologi spesifik memerlukan varietas yang
spesifik untuk dapat memperoleh produktivitas optimal.
Produksi jagung di Indonesia
selama 5 tahun terakhir terus meningkat, pada tahun 2006 mencapai sekitar 12
juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan meningkat menjadi 13,6 juta ton.
Pengguna jagung yang terbesar adalah industri pakan ternak, kemudian menyusul
untuk industri makanan dan untuk konsumsi langsung manusia. Kebutuhan jagung
untuk industri pakan ternak berkisar 5 juta ton/tahun dengan laju kenaikan sekitar
10% - 15% setiap tahunnya. Dengan demikian seharusnya produksi jagung dalam
negeri mampu memenuhi kebutuhan pabrikan pakan ternak. Namun demikian, produksi
jagung di Indonesia umumnya bersifat musiman dan wilayahnya tersebar di
berbagai daerah/ wilayah. Kondisi ini menyebabkan pasokan (supply) jagung dan
proses pengumpulannya untuk keperluan pabrik pakan ternak tidak terjamin
kuantitas, kualitas maupun kontinyuitasnya. Hal ini menyebabkan para industri
pakan ternak cenderung melakukan impor jagung. Ketergantungan pabrik pakan
ternak terhadap jagung impor sangat tinggi yaitu sekitar 40% atau lebih kurang
1 juta ton pertahun. Hal tersebut disebabkan karena para industri pakan ternak
lebih senang untuk melakukan impor karena terjaminnya pasokan yang kontinyu
serta terjaminnnya kualitas/mutu dengan harga yang relatif lebih rendah.
Pada saat ini pabrikan pakan
ternak memiliki kapasitas penyimpanan jagung dalam bentuk silo dan
gudang-gudang penyimpanan yang sangat terbatas. Sementara itu, para petani dan pedagang
juga belum memiliki gudang penyimpanan atau silo yang memadai, sehingga pada
saat panen raya produksi jagung melimpah dan harga menjadi rendah. Keadaan ini
menyebabkan hilangnya kesempatan petani untuk meningkatkan pendapatannya. Hal
ini dikhawatirkan akan mendorong keengganan petani untuk menanam jagung di masa
depan.
Jenis jagung dapat
diklasifikasikan berdasarkan: (i) sifat biji dan endosperm, (ii) warna biji,
(iii) lingkungan tempat tumbuh, (iv) umur panen, dan (v) kegunaan. Jenis jagung
berdasarkan lingkungan tempat tumbuh meliputi: (i) dataran rendah tropik
(<1.000 m dpl), (ii) dataran rendah subtropik dan mid-altitude (1.000-1.600
m dpl), dan (iii) dataran tinggi tropik (>1.600 m dpl). Jenis jagung
berdasarkan umur panen dikelompokkan menjadi dua yaitu jagung umur genjah dan
umur dalam. Jagung umur genjah adalah jagung yang dipanen pada umur kurang dari
90 hari, jagung umur dalam dipanen pada umur lebih dari 90 hari. Sejalan dengan
perkembangan pemuliaan tanaman jagung, jenis jagung dapat dibedakan berdasarkan
komposisi genetiknya, yaitu jagung hibrida dan jagung bersari bebas. Jagung
hibrida mempunyai komposisi genetik yang heterosigot homogenus, sedangkan
jagung bersari bebas memiliki komposisi genetik heterosigot heterogenus.
Kelompok genotipe dengan karakteristik yang spesifik (distinct), seragam
(uniform), dan stabil disebut sebagai varietas atau kultivar, yaitu kelompok
genotipe dengan sifat-sifat tertentu yang dirakit oleh pemulia jagung.
Diperkirakan di seluruh dunia terdapat lebih dari 50.000 varietas jagung.
1.2. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui
dan memahami cara pemupukan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
jagung manis. Merekomendasikan cara pemupukan yang terbaik untuk budidaya
jagung manis.
1.3 Hipotesis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jagung adalah
tanaman herba monokotil dan tanaman semusim iklim panas. Tanaman ini berumah
satu, dengan bunga jantan tumbuh sebagai perbungaan ujung (tassel) pada batang
utama (poros atau tangkai) dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai pembungaan
samping (tongkol) yang berkembang pada ketiak daun. Tanaman ini menghasilkan
satu atau beberapa tongkol (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Menurut Rukmana
(1997), klasifikasi tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio :
Spermatophyta
Subdivisio :
Angiospermae
Class :
Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
(Graminae)
Genus : Zea
Spesies : Zea
mays L.
Akar yang
tumbuh relatif dangkal merupakan akar adventif dengan percabangan yang amat
lebat, yang menyerap hara pada tanaman. Akar layang penyokong memberikan
tambahan topangan untuk tumbuh tegak dan membantu penyerapan unsur hara. Akar
layang ini tumbuh di atas permukaan tanah, tumbuh rapat pada buku-buku dasar
dan tidak bercabang sebelum masuk ke tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Batang jagung
tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku
ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi
batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60 –
300 cm (Purwono dan Hartono, 2006). Daun tanaman jagung berbentuk pita atau
garis, mempunyai ibu tulang daun yang terletak tepat di tengah-tengah daun.
Tangkai daun merupakan pelepah yang biasanya berfungsi untuk membungkus batang
tanaman jagung. Daun pada tanaman jagung mempunyai peranan penting dalam
pertumbuhan tanaman utamanya dalam penentuan produksi (Warisno, 2009).
Jumlah daun
umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka
sempurna adalah 3-4 hari setiap daun. Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai
jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah beriklim sedang
(temperate) (Suprapto dan Marzuki, 2002).
Jagung disebut
juga tanaman berumah satu (monoceous) karena bunga jantan dan bunga betina
terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina (tongkol) muncul dari axillary apical
tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal diujung tanaman.
Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang
pada tongkol. Hampir 95 % dari persariannya berasal dari serbuk sari tanaman
lain, dan hanya 5 % yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri. Karena itu
disebut juga tanaman bersari bebas (cross pollinated crop) (Sunarti dkk, 2009).
Buah jagung
terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk,
warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada
umumnya, biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau
berkelok-kelok dan berjumlah antara 8 – 20 baris biji. Biji jagung terdiri atas
tiga bagian utama, yaitu kulit biji (seedcoat), endosperm dan embrio (Rukmana,
2009).
Tanaman jagung
dapat tumbuh pada ketinggian 50-1800 m dpl. Tetapi ketinggian optimal adalah 50
– 600 m dpl. Untuk berproduksi secara optimal memerlukan tanah yang gembur,
subur dan kaya akan unsur hara, aerasi dan drainase baik, kaya akan bahan
organik dengan keasaman tanah (pH) antara 5,6 – 7,5 (Redaksi Ciptawidiya Swara,
2008).
Jagung
menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik. Hal ini
dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor
(P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak. Oleh karena pada umumnya tanah di
Indonesia miskin hara dan rendah bahan organiknya, maka penambahan pupuk N, P
dan K serta pupuk organik (kompos maupun pupuk kandang) sangat diperlukan
(Murni dan Arif, 2008).
Curah hujan
yang dikehendaki adalah antara 1000 - 2500 mm/tahun, atau idealnya sekitar 85 –
200 mm / bulan, dengan penyinaran matahari penuh. Suhu udara yang dikehendaki
antara 21 – 340C, tetapi untuk pertumbuhan optimum tanaman jagung menghendaki
suhu antara 23 – 270C (Redaksi Ciptawidiya Swara, 2008).
Tanaman jagung
membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan. Oleh karena itu waktu penanaman harus
memperhatikan curah hujan dan penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan
sudah mencapai 100 mm/bulan. Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan
curah hujan dan pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam
dapat ditentukan dengan baik dan tepat (Murni dan Arif, 2008).
Di antara
komponen teknologi produksi, varietas unggul mempunyai peran penting dalam
peningkatan produksi jagung. Perannya menonjol dalam potensi hasil per satuan
luas, komponen pengendalian hama/penyakit (toleran), kesesuaian terhadap
lingkungan, dan preferensi konsumen (Akil dan Dahlan, 2009).
Keragaman
penampilan tanaman terjadi akibat sifat didalam tanaman (genetik) atau perbedaan
lingkungan atau keduanya (Sitompul dan Guritno, 1995).
Benih bermutu
baik dan berasal dari varietas unggul merupakan faktor terpenting yang dapat
menentukan tinggi atau rendahnya hasil tanaman. Usaha-usaha lain seperti perbaikan
bercocok tanam, pengairan yang baik, pemupukan berimbang serta pengendalian
hama dan penyakit, hanya dapat memberi pengaruh yang maksimal apabila disertai
dengan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul (Warisno, 2009).
Varietas unggul
jagung adalah jenis jagung yang mempunyai sifat-sifat lebih baik dari pada
jenis-jenis lainnya. Sifat penting yang harus dimiliki suatu varietas unggul
adalah berpotensi hasil tinggi, berumur pendek (genjah), dapat menyerap pupuk
sebaik mungkin dan tahan terhadap hama maupun penyakit (Rukmana, 2009).
Pada dasarnya
varietas jagung digolongkan kedalam dua golongan varietas, yaitu:
· Varietas bersari bebas: Yang dimaksud
dengan varietas bersari bebas adalah varietas yang benihnya dapat dipakai
terus-menerus dari setiap pertanaman. Benih yang digunakan tentunya berasal
dari tanaman atau tongkol yang mempunyai cirri-ciri dari varietas tersebut.
Berdasarkan bahan penyusunnya, varietas jagung bersari bebas
dibedakan menjadi varietas komposit dan varietas sintetik.
1. Varietas komposit. Jagung varietas komposit adalah varieetas
yang versal dari campuran sejumlah plasma nutfah yang telah mengalami kawin
acak (random mmating beberapa kali)
2. Variasi sintetik. Jagung varietas sintetik adalah varietas yang
berasal darii campuran dua atau lebih galur perkawinan sendiri.
· Varietas hibrida : Yang dimaksud dengan jagung varietas hibrida adalah keturunan
pertama (F1) dari persilangan antara: varietas x varietas, varietas x galur,
atau galur x galur. Varietas hibrida yang akan diuraikan dibawah ini adalah keturunan
pertama dari persilanggan yang melibatkan suatu galur. Hasil perkawinan sendiri
(selfing) suatu varietas atau populasi selama 5-6 generasi akan menghasilkan
suatu galur murni (inbred line). Pada setiap kali dilakukan perkawinan sendiri
akan terjadi penurunan sifat-sifat, dimana kekuatan tanaman makin menurun.
Peristiwa ini diebut inbreeding. murni yang bersal dari dua varietas atau
populasi yang disilangkan, maka bila kedua galur tersebut mempunyai daya gabung
yang baik, keturunan pertama dari hasil persilangan tersebut mempunyai daya
hasil yang lebih tinggi dari rata-rata kedua bahan asalnya. Kenaikan hasil
tersebut disebabkan adanya efek heterogenisis. Contoh varietas hibrida adalah
single cross, double cross, three-way cross, modified single cross, dan
lain-lain (Sparague, 1977)
Hari panas dan suhu malam yang tinggi meningkatkan pertumbuhan secara
keseluruhan dan walaupun suhu panas adalah ideal untuk pertumbuhan vegetative
dan tongkol, suhu sedang adalah optimum untuk akumulasi karbohidrat. Produktifitas
dan kesegeraan panen umumnya lebih baik pada suhu panas. Beberapa kultivar
dapat dipanen secepatnya pada umur 70 hari sedangkan kultivar umur dalam
memerlukan lebih dari 110 hari (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Jagung tumbuh
baik pada berbagai jenis tanah. tanah liat lebih disukai karena mampu menahan
lengas yang lebih tinggi. Tanaman ini peka terhadap tanah masa, dan tumbuh baik
pada kisaran pH antara 6 – 6,8 dan agak toleran terhadap kondisi basa. Tanaman
jagung manis memerlukan kelengasan yang tinggi berkisar 500-700 mm per musim.
Cekaman kelengasan paling kritis terjadi selama pembentukan rambut dan
pengisian biji. Kekurangan air dalam waktu singkat biasanya dapa ditoleransi
dan hanya berpengaruh kecil terhadap perkemmbangan biji. Akan tetapi kekurangan
air yang berkepanjangan setelah penyerbukan dapat secara nyata menurunkan bobot
kering biji. Pada kondisi tersebut, pertumbuhan biji sebagian disokong oleh
mobilisasi asimilat yang peka terhadap drainase tanah yang jelek dan tidak
tahan genangan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Penyesuaian
diri varietas, iklim, kesuburan tanah, praktek produksi dan factor ekonomi
sangat mempengaruhi produksi jagung. Performa tanaman baik di tempat yang
irigasinya baik, tanah yang subur dengan temperature yang tinggi pada musim
panas, malam yang hangat dan curah hujan yang luas selama musim tanam. Jumlah,
koma, distribusi dan efisiensi dari curah hujan adalah faktor penting dari
produksi jagung. Curah hujan yang berlebihan, menyebabkan pencucian nutrisi
tanah dan mungkin meningkatkan timbulnya beberapa penyakit (Jugenheimer, 1958).
Menurut Gardner
et. al.(1958) salah satu pendekatan terhadap analisis factor-faktor yang
mempengaruhi hasil panen dan analisis perkembangan tanaman sebagai penimbunan
bersih hasil fotosintesis secara terintegrasi dengan waktu, disebut analisis
pertumbuhan. Parameter yang dipakai anatara lain laju pertumbuhan tanaman
(LPT/CGR), luas indeks daun (LAI), laju asimilasi bersih (NAR) dan indeks panen
(HI). LPT/CGR yaitu bertambahnya berat dalam komunitas tanaman per satuan luas
tanah dalam satu atuan waktu, digunakan secara luas dalam analisis pertumbuhan
tanamanbudidaya yang ditanam di lapangan. NAR adalah hasil bersih dari hasil
asimilasi, kebanyakan hasil fotosintesis per satuan luas daun dan waktu. Untuk
meningkatkan produksi tanaman jagung per satuan luas lahan dan waktu dapat
dicapai bilamana tanaman memperoleh lingkungan tumbuh yang sesuai dengan
pertumbuhannya yaitu melalui pengaturan jarak tanam. Pengaturan jarak tanaman
yang tepat bagi tanaman dapat memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi
tanaman untuk dapat memanfaatkan sumberdaya lingkungan secara maksimal, baik
berupa tanah, iklim maupun air. Factor tanah merupakan sumber nutrisi dan air
bagi tanaman. Sedangkan factor iklim yang penting meliputi radiasi surya, suhu,
dan kelembaban. Interaksi antara tanaman dan lingkungan akan memberikan
gambaran terhadap peerkembanagn dan hasil suatu tanaman (Sumiari, 2000).
Jagung manis
adalah sayuran yang sangat baik dan menguntungkan untuk diikut sertakan dalam
pergiliran tiga bulanan dengan tanaman-tanaman lain yang cocok, sebaiknya
sesudah suatu legume. Jagung manis sekarang adalah hasil panen khusus dan suatu
bahan yang popular dalam sop timur dan masakan sayuran. Pada jagung hijau stadia
pemetikan adalah sangat menentukan untuk kualitas hasil sesudah dimasak. Panen
sudah siap sesudah dua bulan pertumbuhan dan harus dipetik bila biji telah
berukuran penuh dan pada stadia masak susu atau akhir stadia masak susu. Pada
cuaca kering peerlu pemberian air setiap minggu, terutama selama pemantapan
pertumbuhan dan berbunga. Didaerah yang sangat basah atau pada waktu-waktu
hujan yang sangat lebat (Williams, 1993).
Jagung manis
adalah sayuran yang penting dan popular khususnya di amerika serikat. Secara
keseluruhan jagung adalah bahan pangan bijian yang sangat penting bagi manusia
dan ternak. Jagung adalah tanaman purba, sebagaimana ditunjukka dari sisaan
kelobot. Jagung manis adalah tanaman herba monokotil. Dan tanaman semusim iklim
panas. Tanaman ini berumah satu. Dengan bunga jantan tumbuh sebagai perbungaan
ujung (tassel) Pada batang utama (poros atau tangkai), dan bunga betina tumbuh
terpisah sebagai perbungaan samping (tongkol) yang berkembang pada ketiak daun.
Tanaman ini menghasilkan satu atau beberapa tongkol. Kadang-kadang bunga jantan
tumbuh paa ujung tongkol, dan bunga betina pada tassel (Vincent, 1998)
Bila tanah
lembab waktu jagung ditanam, maka tanah tak perlu dialiri lagi hingga tinggi
jagung mencapai 20 cm. Bila tanah kering maka dibiarkan air itu mengalir
didalam parit antara barisan-barisan jagung, tetapi jagalah supaya jangan
terlalu banyak hingga tergenang air. Tanah disekeliling jagung harus
digemburkan dan dibersihkan dari rumput atau tanaman pengganggu lainnya
(Ende-Flores, 1984).
Unsur hara yang
penting bagi pertumbuhan tanaman jagung ialah N, P dan K. Varietas jagung yang
berumur dalam lebih tanggap terhadap pemupukan (memerlukan pupuk lebih banyak).
Selain itu dosis pupuk juga bergantung pada jenis lahan, jenis tanah dan kesuburannya,
juga resed dari pemberian pupuk pada tanaman sebelumnya. Pupuk P dan K cukup
diberikan satu kali bersamaan saat tanam. Sebagai patokan, dosis pupuk TSP
sebanyak 40-80 kg / ha dan KCL 50 kg / ha. Pupuk N diberikan tiga kali, yaitu
pertama (pupuk dasar) sebanyak sepertiga bagian pada waktu tanam, kedua
sebanyak sepertiga bagian pada saat umur 25-30 hari setelah tanam dan ketiga
sebanyak sepertiga bagian pada umur 40-45 hari setelah tanam (Dirjen Tanaman
Pangan dan Holtikultura, 1994).
Pada jagung,
hybrid dapat dibuat secara manual. Morfologi tanaman jagung yang berumah satu
mempermudah perlakuan emaskulasi untuk mendahului antesis, yaitu dengan menarik
atau mematahkan tangkai bunga jantan. Cara praktis yang umum digunakan dalam
memproduksi biji jagung hybrid, sperti dijelaskan oleh Craig, ialah dengan cara
menanam beberapa deretan tanaman betina, kemudian diselingi dengan sejumlah
tanaman jantan, diselingi lagi dengan tanaman betina dan seterusnya. Dengan
cara demikian dapat dihasilkan panenan dari induk betina secara terpisah dan
kemurnian biji hybrid pun dapat terpelihara. Deretan tanaman jantan
kadang-kadang dirusak secara sengaja atau rapuh sendiri setelah penyerbukan
(James,1991).
Pupuk anorganik
adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan
kimia anorganik berkadar hara tinggi.
Misalnya urea berkadar N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg
hara nitrogen) (Lingga dan Marsono, 2000).
Pupuk anorganik
atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya
mengandung satu unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan
sebagainya. Pupuk majemuk adalah pupuk
yang mengandung lebih dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K, N + P
+ K dan sebagainya (Hardjowigeno, 2004).
Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya dapat
terukur dengan tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan
perbandingan yang tepat, (3) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan
(4) Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit
dibandingkan dengan pupuk organik. Pupuk anorganik
mempunyai kelemahan, yaitu selain hanya
mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak
mengandung unsur hara mikro (Lingga dan
Marsono, 2000).
Sejak Liebig mengemukakan teori tentang kadar unsur hara terhadap daya
menghasilkan suatu lahan, penggunaan bahan organik untuk mempertahankan
produksi tanaman telah digantikan oleh peningkatan penggunaan pupuk kimia
(Houng, 1976). Penggunaan pupuk kimia disukai petani karena lebih praktis,
diproduksi secara masal, mudah diperoleh, bisa disimpan lama, dibutuhkan dalam
jumlah sedikit, dan mampu menyediakan hara bagi tanaman dengan segera. Kelebihan pupuk
anorganik dibanding pupuk organik diantaranya mampu memberikan efek yang lebih
cepat dan memiliki bentuk fisik yang relatif lebih praktis dan menarik
(Yuliarti, 2009).
Kandungan hara dalam pupuk anorganik dibuat
secara tepat dan pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman
(Prihmantoro, 1999). Penggunaan pupuk anorganik kemudian diketahui mempunyai
efek merusak tanah. Struktur tanah yang secara alami remah menjadi bantat
(sangat keras) setelah mendapat perlakuan dengan pupuk kimia secara
terus-menerus. Tanaman membutuhkan pupuk baik yang mengandung unsur mikro
maupun makro dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhannya agar dapat
menghasilkan produksi yang optimal (Andoko, 2008).
BAB III
METODE
PERCOBAAN
3.1. Waktu Percobaan
Tanggal Praktikum : 20
september 2014 – 13 Desember 2014
Tempat Praktikum : Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Syiah Kuala
3.2. Bahan dan Alat
1. Bahan
Benih jagung manis, pupuk
urea, TSP, KCL, insektisida Furadan atau Carbofuran, insektisida monocrotofos
15 WSC (Azodrin), fungisida Dithane M-45
2. Alat
Cangkul, gembor, timba,
penyemprot, timbangan, papan nama, ajir bambu, tali rafia dan alat tulis
menulis.
3.3. Cara Kerja
1. Pengolahan Tanah
Bedengan atau tanah diolah pada lapisan topsoil (permukaan atas)
dengan menggunakan cangkul. Bedengan dibuat dengan ukuran panjang 4 m dan lebar
3 m. Jarak antara bedengan sekaligus sebagai drainase adalah 0.5 m dan usahakan
kedalamannya 20 cm. Tanah diolah seminggu sebelum penanaman dilakukan.
2. Perlakuan Cara Pemupukan
Setelah bedengan atau tanah siap diolah maka
setelah penanaman benih aplikasi cara pemupukan dilakukan. Adapun cara pemupukan (CP) yang diberikan
terdiri dari 3 macam, yaitu :
- Cara Pemupukan 1 (CP1) = pupuk diberikan dengan cara larikan
- Cara Pemupukan 2 (CP2) = pupuk diberikan dengan cara disebar
- Cara Pemupukan 3 (CP3) = pupuk ditugal mengitari tanaman
Masing-masing cara pemupukan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali, dan
didapat 9 bedengan.
Secara lengkap susunan bedengan dan perlakuan sebagai berikut.
BLOK I BLOK II BLOK III
|
|
|
||||||||
![]() |
||||||||||
4
m
![]() |
|||
![]() |
|||
3 m 0,5 cm

|
|
|
|
|
|
3. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan bantuan ajir banbu dan tali rafia.
Kedalaman tanam benih 4-5 cm. Jarak tanam yang dicoba 80 cm x 40 cm. Jarak
terpinggir qdalah setengah jarak tanam. Bedeng yang telah ditugal diisi
(ditanam) 2 butir benih jagung. Bersamaan dengan menanam benih diberikan
sedikit furadan atau carbofuran (0,17) ke dalam lubang tanam. Tujuannya untuk
serangan lalat bibit pada awal masa pertumbuhan. Kebutuhan benih per hektar antara 6-8 kg.
4. Pemupukan
Pupuk yang diberikan adalah 200 kg urea per hektar (4 g per lubang
atau 240 g per bedeng), 300 kg TSP per
hektar (6 g per lubang tanam atau 360 g per bedeng) dan 200 kg KCL per hektar
(4 g per lubang tanam atau 240 g per bedeng). Pemupukan kedua dilakukan pada
umur 28 hari setelah tanam dengan cara yang sama. Pupuk yang diberikan hanya urea sebanyak 250
kg per hektar (5 g per lubang tanam atau 300 g per bedeng). Pupuk diberikan
sedalam 10 cm.
5. Pemeliharaan
a. Penyulaman
penyulaman dilakukan pada umur 2 minggu , jika ada tanaman yang
tidak hidup.
b. Penyiangan dan pembumbunan
Penyiangan pertama dilakukan pada umur 3 minggu setelah tanam,
kemudian dilakukan juga pembumbunan.
c. Penyemprotan hama dan penyakit
pada minggu ke 3 juga dilakukan penyemprotan fungisida yang
dicampur dengan insektisida. Pada umur 4 minggu taburkan furadan di pucuk tanaman. Pada umur 5 minggu dilakukan penyemprotan,
Penyiangan gulma serta pembumbunan.
6. Penyiraman
penyiraman dilakukan setiap sore kecuali jika hari hujan. Air merupakan salah satu faktor keberhasilan
dalam budidaya tanaman jagung manis. Terutama pada fase awal
pertumbuhannya. Mekanisme penyiraman
diluar jadwal praktikum dilakukan secara bergilir oleh praktikan dan dibuat
absen secara khusus.
3.4. Pengamatan
1. Pada satu minggu setelah tanam hitung berapa persen benih yang
berhasil tumbuh pada setiap bedeng.
2. Catat saat keluar bunga jantan (tassel) dan kapan saat keluar
bunga betina (silk) 75%.
3. Pilihlah 10 tanaman contoh secara acak dan amati setiap minggu;
-tinggi tanaman
- hitung jumlah daun
4. Saat umur 8 minggu
- Ukur lingkar batang (10cm dari permukaan tanah)
panjang dan lebar daun ke-8 dari atas dan diukur luas daun dengan
metode peafee (pxl daun ke-8 x 0,75 x 9,39)
5. Saat panen
- jumlah tongkol/tanaman
- bobot tonykol berkelobot dan tanpa kelobot
- berapa bagian tongkol yang tidak berbiji
- ukur tongkol tanpa kelobot (panjang dan diameter)
- perkiraan jumlah biji per tongkol (bobot pipilan kering)
- hasil per bedeng tanpa tanaman pinggir
DAFTAR PUSTAKA
Akil,M., dan H.A. Dahlan., 2009. Budidaya jagung dan Diseminasi
Teknologi. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros.
Dirjen Tanaman Pangan dan Holtikultura, 1994, Pedoman
Rekomendasi Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pangan, Jakarta.
Ende-Flores, 1984, Usaha Perkarangan, PT. Nusa Indah,
Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana
Perkasa. Jakarta.
Nugroho, A.,Syamsulbahri., D. Hariyono., A. Soegainto dan Hanitin.
2000. Upaya meningkatkan hasil jagung manis melalui pemberian kompos azolla
dan pupuk N. Agrivita 22: 11-17.
Prihmantoro, 2001. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar. Swadaya
Jakarta.
Ratnawati E. 2008. Budidaya Udang Windu (Penaeus Monodon) Sistem
SemlIntenslf Pada Tambak Tanah Sulfat Masam. Peneliti pada Balai Riset
Perikanan Budidaya Air Payau. Maros. Redaksi Ciptawidya Swara. 2008. Petunjuk
Teknik Budidaya 23 Tanaman Unggul. Jakarta.
Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. World Vegetables
:Principles, Production and Nutritive Values (Sayuran Dunia I, Prinsip ,
Produksi dan Gizi, alih bahasa oleh C. Horison). Institut Teknologi
bandung, Bandung.
Rukmana,
R., 2009. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jakarta.
Sitompul. S.M. dan B. guritno, 1995. Análisis pertumbuhan tanaman.
UGM press, Yogyakarta.
Sprague, G.F. 1977. Corn and Corn Improvement. American Society
of Agronomy, Inc. USA.
Suminarti, E. N. 2000. Pengaruh jarak tanam dan defoliasi daun
terhadap hasil tanaman jagung Zea mays varietas Bisma. Habitat 11:110-117.
Sunarti.S., A.S. Nuning., Syarifuddin dan R. Efendi, 2009. Morfologi
Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serelia.
Maros.
Suprapto H.S. dan A. R. Marzuki., 2002. Bertanam Jagung.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Suyanto R Dra. Ny. S ,dan
Takarina E. P., Ir. Msi. 2009. Panduan Budidaya Udang Windu. Penebar
Swadaya. Yogyakata.
Warisno, 2009. Jagung Hibrida. Kanisius. Jakarta
Weish R. James, 1991, Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman,
Erlangga, Jakarta.
Williams C . N, 1993, Produksi Sayuran di Daerah Tropika,
UGM, Yogyakarta.
LAMPIRAN
Bedeng
tanaman jagung


Tongkol
berkelobot BLOK I, BLOK II, BLOK III



Tongkol tanpa kelobot
BLOK I, BLOK II, BLOK III


Perebusan jagung sampel dan pengemasan jagung untuk dipasarkan


snga+ membna+u +hanks
BalasHapus