Laporan
Pratikkun Fisiologi Tumbuhan
PENGARUH
AUKSIN TERHADAP ABSISI ORGAN TUMBUH TANAMAN
OLEH
:
KELOMPOK
1
KELAS
1
Nama NIM
Mizan
Maulana 0905101050029
Cut
Zarra Fazia 1305101050094
Maulida
Ariandy S. 1305101050026
Andi
Fahreza 1305101050094
Rouzahtul
Nafisah 1305101050128

LABORATORIUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
PRODI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM
– BANDA ACEH
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dormansi
adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau
bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan
normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik
atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik
lingkungan atau kimiawi.
Dormansi biji berhubungan dengan usaha biji
untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan
memungkinkan untuk melakukan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada
embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi
klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan
memulai proses perkecambahannya.
Dengan
dilaksanakannya praktikum kita dapat mengetahui bahwa terjadi peristiwa
dormansi pada biji yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terbagi menjadi
faktor luar dan faktor dalam seperti yang di jelaskan sebelumnya. Dormansi
merupakan suatu mekanisme untuk mempertahankan diri terhadap suhu yang ekstrim,
peristiwa ini bukan hanya tidak aktifnya metabolisme tetapi sering melibatkan
proses pengembangan organ-organ atau bahan khusus yang terdapat di dalamnya.
B.Tujuan
Mengatasi
dormansi pada biji yang di sebabkan oleh kulit biji yang keras.
C.Hipotesa
Biji
dapat lebih mudah berkecambah setelah di perlakukan saat percobaan ini.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Dorman artinya tidur atau beristirahat. Para ahli
biologi menggunakan istilah itu untuk
tahapan siklus hidup, seperti biji dorman, yang memiliki laju metabolisme yang
sangat lambat dan sedang tidak tumbuh dan berkembang. Dormansi pada biji
meningkatkan peluang bahwa perkecambahan akan terjadi pada waktu dan tempat
yang paling menguntungkan bagi pertumbuhan biji. Pengakhiran periode dormansi
umumnya memerlukan kondisi lingkungan yang tertentu, biji tumbuhan gurun,
misalnya hanya berkecambah setelah hujan rintik-rintik yang sedang, tanah
mungkin akan terlalu cepat kering sehingga tidak dapat mendukung pertumbuhan
biji (Campbell, 2000).
Benih dikatakan dormansi bila benih tersebut sebenarnya
hidup tetapi berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
dianggap telah memenuhi syarat bagi suatu perkecambahan. Dormansi merupakan
terhambatnya proses metabolisme dalam biji. Dormansi dapat berlangsung dalam
waktu yang sangat bervariasi (harian-tahunan) tergantung oleh jenis tanaman dan
pengaruh lingkungannya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik
dari kulit, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari kedua keadaan
tersebut. Namun demikian, dormansi bukan berarti benih tersebut mati atau tidak
dapat tumbuh kembali, disini hanya terjadi masa istirahat dari pada benih itu
sendiri. Masa ini dapat dipecahkan dengan berbagai cara, seperti cara mekanis
atau kimiawi. Cara mekanis dengan menggunakan sumber daya alat atau bahan
mekanis yang ada seperti amplas,jarum, pisau, alat penggoncang dan sebagainya.
Sedangkan cara kimiawi dengan menggunakan bahan-bahan kimia seperti asam sulfat
pekat dan HNO3 pekat. Pada intinya cara-cara tersebut supaya terdapat celah
agar air dan gas udara untuk perkecambahan dapat masuk kedalam benih (Suetopo,
1985).
Berdasarkan faktor penyebabnya, dormansi dapat dibagi
atas dua macam, yaitu Impoised dormancy (quiscense) dan imnate dormancy (rest).
Imposed dormancy (quiscence) adalah terhalangnya pertumbuhan aktif karena
keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Sedangkan imnate dormancy (rest)
adalah dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ
biji itu sendiri (Dwidjoseputro, 1994).
BAB
III
METEDELOGI
PERCOBAAN
A. Tempat
dan Waktu Percobaan
Tempat
Percobaan
:di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan,Gedung B Lantai II
Waktu
Percobaan
: Kamis, 13 Maret 2014, pukul : 14.00 WIB
B.Bahan
dan Alat
Bahan :
12 Biji Flamboyan (Delonix regia)
Alat :
Cawan petri atau kertas,kikir atau batu asahan
C. Metode
Kerja
Adapun cara kerjanya
adalah :
1.Sediakan 5 Lembar
kertas lembab,pisah 2 kertas dari 5 kertas lembab tersebut.
2.Pilih 12 biji
flamboyan yang masih baik,lalu perlakukan seperti berikut :
a.Kikir atau asah 4 biji pada ujungnya yang
jauh dari embrio sampai tampak
kotiledonnya
b.Rendam 4 biji dalam air yang baru mendidih
dan biarkan sampai airnya dingin.
c.Rendam 4 biji dalam air destilata dingin
selama 1-2 jam
3.Letakkan
masing-masing kelompok biji di atas 3
lapis kertas lembab,lalu di tutupi dengan 2 lapis kertas lembam yang di
pisahkan tadi dan letakkan di tempat gelap dengan suhu kamar.
4.Periksa selama 10
hari dan catat perkembangannya.Bandingkan perlakuan 1 dengan yang lain.
BAB
IV.
Hasil
dan Pembahasan
A.Hasil
Percobaan
Dari
percobaan yang telah kami lakukan,hasilnya seperti berikut :
No.
|
Perlakuan
|
Perkembangan Biji
|
|||
Hari
ke-4
|
Hari
ke-7
|
Hari
ke-9
|
Hari
ke-11
|
||
1
|
Dikikir
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
2
|
Di
rendam air dingin
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
3
|
Di
rendam air panas
|
Tidak
ada
|
Tidak
ada
|
Tidak
Ada
|
Tidak
Ada
|
B.Pembahasan
Dari percobaan
di atas,dapat di lihat hasilnya bahwa perkembangan kecambah terjadi pada biji
yang di kikir dan biji yang di rendam air panas,sedangkan pada air panas yang
mendidih perkecambahan tidak terjadi.Teori yang dikemukakan oleh Ismail (2008),
dormansi dapat ditanggunlangi dengan beberapa perlakuan diantaranya pendinginan
yang lama, pemanasan untuk mempercepat imbibisi, perendaman dalam asam kuat,
secara mekanik dengan menorah biji.
Terdapat
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap masa dormansi pada biji dan tunas
yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar diantaranya adalah kebutuhan
akan cahaya untuk terjadinya perkecambahan, suhu, dan kurangnya air sedangkan
faktor dalamnya adalah kulit biji yang terlalu tebal, adanya zat penghambat,
konsentrasi etilen yang rendah, embrio yang belum masak serta aktifitas
meristem dan aktifnya hormonal dalam biji atau tunas tersebut
Percobaan
sudah dilakukan sesuai prosedur dan hasilnya juga sudah terlihat.Akan
tetapi,perkecambahan pada biji yang di kikis lebih bagus tumbuhnya dari biji
yang di rendam air.
BAB
V
PENUTUP
E.Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat di simpulkan
bahwa :
1. Pengakhiran periode
dormansi umumnya memerlukan kondisi lingkungan yang tertentu.
2.Dormansi biji dapat
tumbuh apabila keadaan lingkungan sesuai.
3. Terdapat beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap masa dormansi pada biji dan tunas yaitu faktor
luar dan faktor dalam
4.dormansi dapat
ditanggunlangi dengan beberapa perlakuan diantaranya pendinginan yang lama,
pemanasan untuk mempercepat imbibisi
F.Saran
Usahakan percobaan ini dilakukan dengan teliti dan sesuai,agar
hasil yang di tunjukan sesuai dengan yang kita harapkan dan di perhatikan
setiap waktu yang di tentukan agar hasilnya memuaskan.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, N., A., Reece, J., B., dan Mitchell, L.,
G. 2000, Biologi Edisi Kelima Jilid 2, Erlangga, jakarta. http://mineminecute.wordpress.com/2012/12/07/dormansi-pada-biji/
. Di akses pada 16 april 2014.
Dwidjoseputro, D., 1992, Pengantar Fisiologi
Tumbuhan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. http://deallia.blogspot.com/2013/09/laporan-pengamatan-dormansi-pada-biji.html
. Di Akses pada 16 april
2014.
Suetopo,E.B, 1985, Biologi, ITB, Bandung. http://andialdimatoroputra.blogspot.com/2014/01/laporan-praktikum-fisiologi-tumbuhan_2978.html
. . Di Akses pada 16 april 2014.
LAMPIRAN
Biji yang di kikir.

Biji yang di rendam air dingin

Biji yang direndam air hangat

Tidak ada komentar:
Posting Komentar