Pages

Jumat, 13 November 2015

Pengelolaan Gulma



Laporan Pengelolaan Gulma

ETBOTANI HERBARIUM


Oleh :
Nama                      : Andi Fahreza
Nim                         : 1305101050094
Kelompok               : 2
Kelas                       : 1


Kamis, 12 November 2015

Stand Kopi Arabica Ramaikan Aceh Coffee Festival 2015.

Stand Kopi Arabica Ramaikan Aceh Coffee Festival 2015.

Andi Fahreza [AM] | DETaK
Banda Aceh – Aceh Coffee Festival 2015 yang terselenggara di Taman Sari, menghadirkan berbagai jenis stand coffee dari berbagai daerah di provinsi Aceh. Kegiatan yang dimulai dari 6 – 8 oktober 2015 ini menarik berbagai konsumen baik pencinta kopi maupun tidak.
            Ada salah satu stand yang menarik perhatian pengunjung yaitu mesin roasting kopi,dimana fungsi dari mesin ini untuk mengsangarai kopi dan sekaligus mendinginkannya.Stand lainnya yaitu Splash Coffeee yang menyediakan jenis kopi arabica luwak dalam kemasan,harganya juga bervariasi mulai dari Rp.40.000 sampai dengan Rp.200.000 perkemasan.
            “Acaranya cukup meriah,ada banyak stand kopi dan saya tertarik juga untuk mencicipi kopi arabica” Pungkas Anugrah,salah satu pengunjung.Selain itu,ada juga perlombaan barista. Barista merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan proses peracikan kopi dan dari pengamatan DETaK-Unsyiah perlombaan ini banyak menarik perhatian pengunjung.
“Ini kegiatan yang positif,karena festival kali ini mengangkat tentang kopi arabica yang merupakan varietas terbesar di indonesia dan sudah seharusnya menjadi salah satu produk yang dibanggakan” Ujar Duta Kopi Gayo 2015 , Rezka Kenara Bintang Putra. Dia juga mengharapkan agar minat masyarakat terhadap kopi arabica semakin banyak. Hal ini dikarenakan konsumsi kopi arabica di aceh masih minim dan kopi arabica lebih disukai para pencinta kopi luar negeri.

Selasa, 10 November 2015

Laporan Praktikum Teknologi Pasca Panen

Laporan Praktikum Teknologi Pasca Panen

KARAKTERISTIK ALAMI PRODUK BUAH DAN SAYURAN


Oleh :
Kelompok 3
Kelas 1
Nama               NIM
Andi Fahreza             1305101050094
Amelia Syahdani         1305101050058
Era Maulia                   1305101050028
Fakhrurazi                   1305101050083
Yulfa Sari Tarigan       1305101050051

LABORATORIUM HOLTIKULTURA
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Produk holtikultura merupakan produk yang mudah rusak (perisable). Produk yang telah dipanen mengalami berbagai macam bentuk stress seperti hilangnya suplai nutrisi, proses panen yang banyak menimbulkan pelukaan berarti, pengemasan dan transportasi yang sering menyebabkan kerusakan mekanis lebih lanjut, hambatan ketersedian CO2 dan O2, hambatan regim suhu, dan sebagainya. Sehingga butuh penanganan khusus pada tahapan pasca panen.
Hal yang penting untuk dipahami adalah produk pascapanen buah dan sayuran segar apapun bentuknya masih melakukan aktivitas metabolisme penting yaitu respirasi. Aktivitas respirasi berlangsung untuk memperoleh energi yang digunakan untuk aktivitas hidup pascapanennya. Setelah panen, sebagian besar aktivitas fotosintesis yang dilakukan saat masih melekat pada tanaman induknya berkurang atau secara total tidak dapat dilakukan. Saat tersebut mulailah penggunaan substrat cadangan yang ada di dalam tubuh bagian tanaman yang dipanen untuk aktivitas respirasinya. Pada saat substrat mulai terbatas maka terjadilah kemunduran mutu dan kesegaran atau proses pelayuan dengan cepat.
Sehingga secara keseluruhan bahan hidup sayuran pascapanen dapat dikatakan mengalami berbagai perlakuan yang menyakitkan selama hidup pascapanennya. Produk harus dipanen dan dipindahkan melalui beberapa sistem penanganan dan transportasi ke tempat penggunaannya seperti pasar retail atau langsung ke konsumen dengan menjaga sedapat mungkin status hidupnya dan dalam kondisi kesegaran optimum. Jika stress terlalu berlebihan yang melebihi toleransi fisik dan fisiologis, maka terjadi kematian.
Karakteristik produk pascapanen hortikultura segar beragam sesuai dengan stadia perkembangan dan pertumbuhan bagian tanaman yang dipanen tersebut. Bagian tanaman yang aktif mengalami pertumbuhan dan perkembangan mempunyai laju respirasi lebih tinggi dibandingkan dengan bagian tanaman yang sedikit dan tidak lagi mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Semakin tinggi laju respirasi maka semakin cepat laju kemunduran mutu dan  kesegarannya. Karena hubungan yang erat 3 antara laju respirasi dengan laju kemunduran mutu dan kesegaran, maka laju respirasi sering dijadikan indikator masa simpan atau masa hidup pascapanen produk segar hortikultura.
1.2       Tujuan
            Tujuan praktikum ini adalah untuk memahami karakteristik alami yang terjadi pada buah-buahan segar.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Buah dan sayuran sedapat mungkin dapat dihindarkan dari kerusakan fisik, baik saat panen maupun dalam pruses penanganan pasca panen termasuk dalam proses pengangkutannya. Terjadinya kerusakan fisik dapat memicu terjadinya peningkatan laju penuaan pada buah dan sayuran segar, disamping penampakan fisik buah dan sayuran bersangkutan menjadi jelek sehingga daya jualnya pun akan menurun (Ariono, 2002).
Hasil hortikultura seperti buah dan sayuran masih melakukan proses kehidupan yaitu respirasi setelah pemanenan dengan menggunakan oksigen untuk merombak karbohidrat menjadi air dan karbondioksida. Respirasi adalah proses sentral dari sel-sel hidup yang memediasi pelepasan energi melalui pemecahan senyawa karbon dan pembentukan kerangka karbon (carbonseke letons)yang diperlukan untuk menjaga reaksi sintesis setelah panen (Buckle Dkk, 2009).
Bila  persediaan oksigen terbatas,  maka akan terjadi reaksi-reaksi kimia yang akan menghasilkan alkohol dan akan dihasilkan juga perubahan bau dan citarasa serta rusaknya sel tanaman. Perubahan buah dan sayuran yang mengalami dehidrasi akan terlihat layu dan kesat. Namun, dengan pengemasan dan penanganan yang baik dapat memperpanjang kesegaran buah-buahan dan sayuran dengan mencegah proses kelayuan tersebut. (Herudiyanto,2008).
Dalam kaitannya dengan variasi iklim terutama di daerah tropis, dalam hal pemanenan telah diteliti bagaimana untuk menjaga agar hasilnya tetap maksimum. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil panen adalah temperature, ketersediaan air, dan dalam beberapa wilayah, lamanya waktu pemanenan hingga intensitas cahaya. Factor  ini mungkin digunakan sebagai acuan umum untuk menentukan tanah yang baik untuk pertumbuhan sayur-sayuran. Komposisi yang alami dan asli dari tanah tersebut digunakan untuk penanaman sayur-sayuran serta buah (Tindall, 1983).
            Tanaman sayuran dikelompokkan secara bebas  berdasarkan karakteristik dari pasca panen serta suhu dari penyimpanannya. Pengelompokannya dapat juga melalui respon tanaman tersebut terhadap pH (keasaman), sanitasi, kebutuhan akan hara, serta drainese. Perbedaan respon tananman terhadap beragam kondisi tersebut menimbulkan keberagaman pada tananaman tersebut. Selain itu,  tanaman dapat juga dikelompokkan berdasarkan bagian yang bias dimakan (organ botanis) (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Laju kerusakan yang terjadi berbanding lurus dengan kecepatan respirasi yang dimiliki komuditi, semakin cepat laju respirasinya semakin cepat pula terjadi kerusakan pada komuditi tersebut perhatikan beberapa hal agar produk yang dikemas tidak mengalami kerusakan, diantaranya: kemasan tidak boleh kedap gas, dapat memberikan efek atmosfir termodifikasi, dan tidak mencemari/bereaksi dengan produk yang dikemas  (Soesarsono, 2003).



BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN


3.1       Tempat dan Waktu
            Adapun praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Horikultura, Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala. Dan dilakukan pada hari Rabu pukul 16.00 – 17.45 WIB.
3.2       Alat dan Bahan
Alat     : Pisau
Bahan : pisang yang belum masak
3.3       Cara Kerja
1.      5 buah Pisang diambil untuk 5 perlakuan.
2.      Pada Pisang dibuat pelukaan dan kontrol digunakan untuk perbandingan
3.      Diamati perubahan yang terjadi selama 4 hari
4.      Pengamatan dibuat dalam bentuk tabel.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1  Hasil

Tabel 1.Hasil Pengamatan Karakteristik pada Pisang (Musa sp)
Perlakuan
Parameter Pengamatan
Hari Pengamatan Ke-
0
1
2
3
4
Kontrol
Kehilangan Air
69,45
67,33
65,39
62,99
59,91
Kelayuan
-
-
-
Layu
Layu
Luka
-
-
-
Layu
Layu
Pertumbuhan Mikroorganisme
-
-
-
-
-
Sayatan I
Kehilangan Air
67,45
65
63,39
59,83
56,48
Kelayuan
-
-
Layu
Layu
Layu
Luka
-
-
-
Membesar
Melebar
Pertumbuhan Mikroorganisme
-
-
-
-
-
Sayatan II
Kehilangan Air
67,02
64,21
63,39
57,95
53,74
Kelayuan
-
-
Layu
Layu
Layu
Luka
-
-
-
Membesar
Melebar
Pertumbuhan Mikroorganisme
-
-
-
Jamur
Jamur
Sayatan III
Kehilangan Air
75,26
68,35
63,45
61,36
56,78
Kelayuan
-
-
Layu
Layu
Layu
Luka
-
-
Membesar
Melebar
Melebar
Pertumbuhan Mikroorganisme
-
-
-
Jamur
Jamur
Sayatan IV
Kehilangan Air
72,40
71,70
70,41
66,29
62,54
Kelayuan
-
-
Layu
Layu
Layu
Luka
-
-
Membesar
Melebar
Melebar
Pertumbuhan Mikroorganisme
-
-
-
Jamur
Jamur

4.2  Pembahasan

Pisang merupakan salah produk buah-buahan yang sering dipasarkan secara segar (tanpa diolah). Dan diperlukan juga penanganan pasca panen yang tepat.Hal ini dikarenakan sering terjadinya pelukaan tanpa sengaja baik saat memanen maupun pasca panen (pengangkutan dan penyimpan). Pelukaan itu bisa berbentuk goresan juga karena bantingan dan lainnya.Oleh karena itu kita perlu mengetahui dampak pelukaan terhadap kesegaran produk buah-buahan yang kali ini dikhususkan pada pisang.
Pada praktikum kali ini, kita melakukan percobaan pada 5 buah pisang yang masih muda. Pisang tersebut diberikan perlakuan berupa pelukaan mulai dari 1 sayat sampai 4 sayat. Sayatan ditujukan untuk melihat respon buah pisang yang juga di iringi dengan buah pisang tanpa sayatan sebagai kontrol. Pengamatan ini dilakukan selama 4 hari pada suhu kamar dan posisi masing-masing pisang yang terpisah.
Pengamatan dilakukan mulai dari perlakuan itu diberikan. Pada hari pertama dan kedua (setelah pemberian perlakuan) setiap buah hanya menunjukan perubahan pada berat,kelayuan dan pelukaan. Pada buah kontrol yang awalnya 69,45 gram menjadi 67,33 gram. Penurunan berat drastis terjadi pada 3 sayatan yaitu dari 75,26 menjadi 68,35. Hal ini bisa disebabkan karena kehilangan air juga terjadinya proses respirasi yang cepat karena permukaan buah ada yang terbuka (terluka) dan merupakan salah satu penyebab cepatnya proses pelayuan pada buah pisang dengan sayatan. Hanya saja,pada sayatan 3 dan 4,sudah menunjukan pelukaan yang semakin membesar.
Pada hari ketiga,ada beberapa buah yang menunjukan perubahan lainya yaitu ada tidaknya mikroorganisme.Pada pelukaan dengan 2,3,4 sayatan,menunjukan adanya mikroorganisme dimulai pada hari ketiga.Mikroorganisme yang muncul yang muncul yaitu jamur. Hal ini ditandai dengan adanya hifa pada sekitar pelukaan (sayatan).Akan tetapi,pada 1 sayatan tidak ditemukan adanya jamur. Indikasi ini terjadi bisa saja karena area pelukaan yang terlalu kecil ataupun mikroorganisme tidak sampai menjangkit buah dengan satu sayatan tersebut,sehingga buah yang digunakan dengan tanpa perlakuan dan 1 sayatan tidak terkena jamur.
Dari hasil yang telah didapatkan,terlihat bahwa buah yang memiliki pelukaan lebih cepat terjadi respirasi sehingga kelayuan lebih cepat dan mikroorganisme mudah menjangkau buah yang terdapat luka. Selain itu,kita perlu memperhatikan juga ketika pemanenan sehingga produk yang akan dipasarkan aman dan tak mudah layu. Oleh karena itu diperlukan perlakuan pasca panen sehingga buah yang akan diberikan atau dijual ke konsumen dapat bertahan lama dan tetap segar.






BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
            Dari praktikum yang telah dilakukan,dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.      Pelukaan yang terjadi pada buah atau sayuran akan mempercepat terjadi proses kelayuan juga mudahnya mikroorganisme masuk sehingga membuat kualitas produk menurun.
2.      Penanganan saat panen dan pasca panen diperlukan untuk menghidari terjadinya kerusakan pada produk
3.      Mikroorganisme yang menyerang buah dan sayuran bisa bakteri juga jamur tergantung kondisi lingkungan dan pelukaan yang terjadi.
4.      Buah yang telah terkontaminasi mikroorganisme harus segara dibuang karena akan mempengaruhi buah lainnya.
5.      Pelukaan harus diminimkan demi menjaga kesegaran produk buah dan sayuran.
5.2 Saran
            Untuk praktikum selanjutnya,hendaknya digunakan bahan yang masih segar,karena sebagian bahan ada yang sudah layu sebelum diberikan perlakuan.














DAFTAR PUSTAKA

Aroino, 1990. Kerusakan Yang Terjadi Pada Bahan Pangan, Erlangga, Jakarta.
Buckle, K.A., R.A Edwards, G.H. Fleet, dan M. Wootton. 2009. Ilmu Pangan.
                        Penerjemah : Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas
                        Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Herudiyanto, Marleen S., Ir., MS. 2008. Teknologi Pengemasan
                   Pangan. Widya Padjadjaran. Bandung.
Rubatzky, Vincent E, dan Mas Yamaguchi., 1998, Sayuran Dunia Prinsip,
Soesarsono, 2003. Melakukan Pengemasan Secara Manual, Erlangga, Jakarta.