Pages

Minggu, 08 Maret 2015

Makalah Dasar Dasar Perlindungan Tanaman (Hama dan Penyakit Tanaman Padi)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan terpenting yang ada di Indonesia juga menjadi bahan makanan pokok untuk rakyat Indonesia itu sendiri.Perkembangan tanaman padi inipun sangat pesat di Indonesia.Bagaimana tidak,Negara kita memiliki sumber daya alam dan musim yang pas untuk tanaman ini.Maka dari itu,tanaman padi selalu menjadi tanaman yang di tanam setiap musim di Indonesia.
Akan tetapi,banyak kendala dalam menanam tanaman penting yang satu ini.Tidak hanya serangan hama,tapi penyakit yang kadang tidak bisa dilihat secara kasat mata pun menjadi masalah yang serius.Salah satu masalah penyakitnya yaitu kerdil rumput padi.Hal ini menjadi masalah yang serius karena menggangu produksi padi dalam skala kecil maupun besar.Disini kita akan membahas apa itu penyakit kerdil rumput padi dan bagaimana mengatasinya.

1.2  Ruang Lingkup
Penelitian ini akan mencakup cara membuat makalah yang baik dan benar dengan memperhatikan tanda-tanda baca, cara penulisan, tata bahasa yang baik dan benar serta mencari sumber terpercaya.
1.3  Tujuan dan Manfaat

Tujuan :
a.       Agar mengetahui apa itu penyakit kerdil rumput padi.
b.      Agar mengetahui bagaimana caa untuk mengatasinya.
Manfaat :
a.       Memberikan pengetahuan baru kepada mahasiswa tentang penyakit kerdil rumput padi.
b.      Memberikan informs kepada pembaca dan juga mahasiswa bagaimana cara mengatasi penyakit rumput kerdil padi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Defenisi penyakit kerdil rumput padi.
            Penyakit kerdil rumput padi merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus kerdil rumput padi yang berbentuk benang halus sekali (filamentous thread) melingkar dengan diameter 6-8 mm dan panjang bervariasi antara 950-1.350 mm, menghasilkan protein noncapsid yang berlimpah, mengandung RNA utas tunggal dan utas ganda (Hibino et al.,1985). Partikel virus ini serupa dengan virus penyebab penyakit daun bergaris (rice stripe virus) di Jepang.
B.Gejala penyakit kerdil rumput padi.
            Tanaman padi yang diserang akan menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut: tanaman menjadi kerdil, jumlah anakan sangat banyak, tumbuhnya tegak, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau pucat atau kekuningan dengan bercak-bercak berwarna cokelat, kadang-kadang muncul gejala belang. Tingkat kerusakan ditentukan oleh varietas padi dan umur tanaman pada saat terinfeksi. Pada umumnya semakin tua umur tanaman pada saat terinfeksi, semakin rendah persentase pertanaman yang rusak bahkan gejala penyakit tidak tampak sampai tanaman dipanen. Gejalanya baru akan tampak pada ratun sehabis panen (Ling, 1972).
            Kadangkala terdapat percabangan anakan dari buku batang tanaman padi yang terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi biasanya bertahan sampai dewasa, tetapi hanya menghasilkan sedikit malai yang kecil berwarna coklat dan bulirnya hampa. Bila infeksi terjadi saat tanaman dewasa biasanya gejalanya tidak akan berkembang sebelum panen tetapi muncul pada singgangnya setelah panen.
Padi yang terkena virus kerdil rumput (VKR)
C.Vektor Pembawa Virus.
            Penularan virus kerdil rumput terjadi secara persisten oleh wereng cokelat Nilaparvata lugens dan dua spesies Nilaparvata lainnya. Virus ini dapat memperbanyak diri di dalam tubuh vektor, tetapi tidak ditularkan melalu telur. Virus ini juga mempengaruhi umur dan reproduksi vektornya. Bila terjadi ledakan serangan wereng cokelat yang merupakan vektor dari ke dua virus tersebut maka akan timbul endemi penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput. Penyebaran penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput di lapangan tergantung pada beberapa faktor, antara lain serangga vektor, sumber virus, varietas padi dan faktor lingkungan.
            Morfologi wereng coklat.
Imago wereng coklat ada dua tipe yaitu wereng bersayap panjang dan wereng bersayap pendek. Hama wereng coklat bersayap panjang akan mampu terbang dan berpindah jauh dari tanaman satu ke tanaman lain. Wereng coklat bersayap panjang inilah yang menjadi penyebar populasi hama wereng coklat.
Hama wereng coklat mempunyai tipe mulut pencucuk penghisap yang berupa stilet, alat ini berfungsi untuk menghisap bagian tanaman yang masih muda dan lunak. Hama ini akan meletakkan telur pada pangkal pelepah daun, tempat ini pula yang menjadi tempat hidup nimfa wereng coklat.
Nilaparvata lugens

Hama wereng coklat termasuk hama yang sulit dikendalikan karena mempunyai sifat:
a.       Mampu berkembang biak dengan cepat
b.      Mampu memanfaatkan makanan dengan baik sebelum serangga lain ikut berkompetisi
c.       Hama ini mampu menemukan habitat baru dengan cepat sebelum habitat lama tidak berguna lagi
Dari satu pasang hama wereng coklat dalam 90 hari mampu berkembang biak menjadi 10.000 ekor wereng coklat betina. Jika nisbah jantan betina 1:1 maka dari satu pasang wereng coklat dalam 3 bulan akan menghasilkan keturunan 20.000 ekor.
Satu betina wereng coklat mampu bertelur 100 hingga 500 butir telur yang diletakkan berkelompok dengan masing masing kelompok antara 3 sampai 21 butir. Waktu yang dibutuhkan untuk menetaskan telur wereng antara 7 sampai 10 hari. Setelah itu telur wereng coklat akan menetas membentuk nimfa yang berumur antara 12 hingga 15 hari. Berakhirnya fase nimfa akan membentuk wereng dewasa atau disebut imago.

D.Cara pengendalian
Pada Tanaman yang telah terkena virus,yaitu :
a.       Sanitasi sumber inokulum virus, baik tanaman sakit tunggul tanaman sakit atau tanaman lainnya yang menunjukkan gejala penyakit.
b.      Rekayasa ekologis, dengan menanam tanaman bunga yang berguna untuk menarik perkembangan musuh alami wereng coklat
c.       Melakukan rotasi tanaman.
Pada hama wereng coklat :
1. Tindakan Preventif
Tindakan preventif bersifat pencegahan dengan cara melakukan pengamatan di lahan pertanaman padi. Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Tanam Padi Serempak
Pola tanam serempak dalam areal yang luas dan tidak dibatasi oleh batas administrasi dapat mengantisipasi penyebaran serangan wereng coklat karena jika tidak serempak hama dapat berpindah-pindah ke lahan padi yang belum panen. Wereng coklat terbang bermigrasi tidak dapat dihalangi oleh sungai atau lautan.
b. Pengamatan Wereng Coklat
Pengamatan atau monitoring wereng coklat setiap 1 – 2 minggu sekali. Jika terdapat serumpun daun padi layu lakukan pemeriksaan dengan teliti. Apabila ditemukan seekor wereng dirumpun padi segera bunuh/musnahkan dan periksa telur-telurnya di daun lalu daun tersebut dicabut dan dibakar. Apabila pengamatan wereng coklat per rumpun melebihi ambang ekonomi maka segera dilakukan pengendalian dengan insektisida.
c. Perangkap Lampu
Perangkap lampu merupakan perangkap yang paling umum digunakan untuk pemantauan migrasi dan pendugaan populasi serangga yang tertarik pada cahaya khususnya wereng coklat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan perangkap lampu antara lain ; kekontrasan lampu yang digunakan (semakin kontras cahaya lampu yang digunakan maka akan semakin luas jangkauan tangkapannya), kemampuan serangga untuk menghindari lampu perangkap yang dipasang dan intensitas cahaya (pada umumnya seranga cenderung tertarik pada cahaya dengan intensitas tinggi).
Perangkap lampu dipasang pada pematang (tempat) yang bebas dari naungan dengan ketinggian sekitar 1,5 meter di atas permukaan tanah. Lampu yang digunakan adalah lampu pijar 40 watt dengan voltage 220 volt. Lampu dinyalakan pada jam 18.00 dan dimatikan pada jam 06.00. Agar serangga yang tertangkap tidak terbang lagi maka pada penampung serangga yang berisi air ditambahkan sedikit deterjen.
Langkah yang diambil setelah ada wereng pada perangkap lampu yaitu ; wereng yang tertangkap dikubur, keringkan pertanaman padi sampai retak dan segera setelah dikeringkan kendalikan wereng pada tanaman padi dengan insektisida yang direkomendasikan (tidakan kuratif).

2. Tindakan Kuratif
Tindakan kuratif adalah tindakan pengendalian hama wereng coklat dengan cara menggunakan insektisida yang direkomendasikan. Tindakan ini bukan merupakan langkah pencegahan lagi tetapi merupakan langkah pembasmian. Langkah ini bisa dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif buprofen, BPMC, fipronil, amitraz, bupofresin, karbofuran, karbosulfan, metalkarb, MIPCI, propoksur atau liarnetoksan dan imidakloprid.
Penggunaan insektisida berbentuk serbuk/butiran (misal : furadan, basudin, diazinon) dilakukan dengan menaburkan diantara larikan petak sawah 3 atau 4 minggu sekali. Penyemprotan insektisida cair dilakukan seminggu sekali atau maksimal 10 hari sekali. Semua penggunaan insektisida harus memperhatikan aturan dosis dan pakai yang tertera pada setiap produk yang digunakan.
Perkembangan wereng coklat pada pertanaman padi terbagi menjadi empat generasi yaitu ; generasi 0 (G0) = umur padi 0 – 20 HST, Generasi 1 (G1) = umur padi 20 – 30 HST (wereng akan menjadi imago wereng coklat generasi ke-1), generasi 2 (G2) = umur padi 30 – 60 HST (wereng akan menjadi imago wereng coklat generasi ke-2), dan generasi 3 (G3) = umur tanaman padi di atas 60 HST.
Pengendalian wereng yang baik dilakukan pada saat generasi nol (G0) dan generasi 1 (G1) dengan mengunakan insektisida berbahan aktif seperti disebutkan di atas. Pengendalian saat generasi 3 (G3) atau puso tidak akan berhasil.
Penggunaan insektisida juga harus memperhatikan faktor-faktor ; tepat dosis dan jenis yaitu berbahan aktif seperti disebutkan di atas, tepat air pelarut 400 – 500 liter air/ha, aplikasi insektisida dilakukan saat air embun tidak ada antara pukul 08.00 – 11.00 dilanjutkan sore hari, insektisida harus sampai pada batang padi. Dan tidak kalah pentingnya adalah keringkan pertanaman padi sebelum aplikasi insektisida baik yang berupa semprotan maupun butiran.

3. Tindakan Represif
Tindakan ini dilakukan jika hama wereng sudah merupakan kejadian luar biasa di mana dalam satu wilayah petakan/hamparan hama ini sudah mengakibatkan kerusakan secara masal. Tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah ; pengeringan petakan sawah, pencabutan dan pembakaran seluruh tanaman, memilih varietas unggul baru yang lebih tahan serangan wereng dan melakukan pergiliran atau rotasi tanaman (padi-palawija).
Daerah-daerah endemik wereng coklat biotipe 1 dapat menanam varietas membrano, widas dan cimalati. Untuk biotipe 2 dan 3 dapat menanam varietas membrano, cigeulis dan ciapus.
Dengan langkah-langkah di atas diharapkan serangan hama wereng coklat dapat ditekan dan tidak menyebabkan kerugian yang semakin besar seperti yang sudah pernah terjadi. Peran aktif semua pihak juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengendalian hama wereng coklat ini.

           



















BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
            Dari pembahasan yang telah dijabarkan,maka dapat di tarik kesimpulan bahwa :
1.      Penyakit kerdil rumput padi di karenakan oleh virus yang di bawa oleh wereng coklat.
2.      Penyebaran penyakit ini begitu cepat karena di pacu dengan perkembangan wereng yang cepat.
3.      Pengendalian virus ini lebih di fokuskan pada vector pembawanya yaitu wereng coklat.
4.      Cara terakhir untuk mengendalikan wereng coklat yaitu penggunaan insektida.

B.Saran
            Di harapkan petujuk dan tata cara dalam menangani hama wereng coklat di terapkan agar lebih memahami bagaimana cara pengendalian hama wereng coklat sebagi vector VKR (Virus kerdil rumput) pada padi.










DAFTAR PUSTAKA

http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/penyakit-kerdil-hampa-kerdil-rumput-dan-cara-pengendaliannya
http://bpppaito n.blogspot.com/2011/03/waspada-serangan-hama-wereng-coklat.html
http://klapagadingkulon.desa.id/pengendalian-hama-wereng-coklat-nilaparvata-lugens-2/
http://www.gerbangpertanian.com/2010/11/biologi-dan-morfologi-hama-wereng.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar