BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Padi merupakan salah satu komoditas tanaman
pangan terpenting yang ada di Indonesia juga menjadi bahan makanan pokok untuk
rakyat Indonesia itu sendiri.Perkembangan tanaman padi inipun sangat pesat di
Indonesia.Bagaimana tidak,Negara kita memiliki sumber daya alam dan musim yang
pas untuk tanaman ini.Maka dari itu,tanaman padi selalu menjadi tanaman yang di
tanam setiap musim di Indonesia.
Akan
tetapi,banyak kendala dalam menanam tanaman penting yang satu ini.Tidak hanya
serangan hama,tapi penyakit yang kadang tidak bisa dilihat secara kasat mata
pun menjadi masalah yang serius.Salah satu masalah penyakitnya yaitu kerdil
rumput padi.Hal ini menjadi masalah yang serius karena menggangu produksi padi
dalam skala kecil maupun besar.Disini kita akan membahas apa itu penyakit
kerdil rumput padi dan bagaimana mengatasinya.
1.2 Ruang
Lingkup
Penelitian
ini akan mencakup cara membuat makalah yang baik dan benar dengan memperhatikan
tanda-tanda baca, cara penulisan, tata bahasa yang baik dan benar serta mencari
sumber terpercaya.
1.3 Tujuan
dan Manfaat
Tujuan
:
a.
Agar mengetahui
apa itu penyakit kerdil rumput padi.
b.
Agar mengetahui
bagaimana caa untuk mengatasinya.
Manfaat
:
a.
Memberikan
pengetahuan baru kepada mahasiswa tentang penyakit kerdil rumput padi.
b.
Memberikan
informs kepada pembaca dan juga mahasiswa bagaimana cara mengatasi penyakit
rumput kerdil padi.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A. Defenisi penyakit
kerdil rumput padi.
Penyakit kerdil rumput padi merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus kerdil rumput padi yang berbentuk benang halus sekali
(filamentous thread) melingkar dengan diameter 6-8 mm dan panjang bervariasi
antara 950-1.350 mm, menghasilkan protein noncapsid yang berlimpah, mengandung
RNA utas tunggal dan utas ganda (Hibino et al.,1985). Partikel virus ini serupa
dengan virus penyebab penyakit daun bergaris (rice stripe virus) di Jepang.
B.Gejala penyakit
kerdil rumput padi.
Tanaman padi yang diserang akan menunjukkan gejala-gejala
sebagai berikut: tanaman menjadi kerdil, jumlah anakan sangat banyak, tumbuhnya
tegak, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau pucat atau kekuningan dengan
bercak-bercak berwarna cokelat, kadang-kadang muncul gejala belang. Tingkat
kerusakan ditentukan oleh varietas padi dan umur tanaman pada saat terinfeksi.
Pada umumnya semakin tua umur tanaman pada saat terinfeksi, semakin rendah
persentase pertanaman yang rusak bahkan gejala penyakit tidak tampak sampai
tanaman dipanen. Gejalanya baru akan tampak pada ratun sehabis panen (Ling,
1972).
Kadangkala terdapat percabangan anakan dari buku batang
tanaman padi yang terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi biasanya bertahan sampai
dewasa, tetapi hanya menghasilkan sedikit malai yang kecil berwarna coklat dan
bulirnya hampa. Bila infeksi terjadi saat tanaman dewasa biasanya gejalanya
tidak akan berkembang sebelum panen tetapi muncul pada singgangnya setelah
panen.

Padi
yang terkena virus kerdil rumput (VKR)
C.Vektor Pembawa Virus.
Penularan virus kerdil rumput terjadi secara persisten
oleh wereng cokelat Nilaparvata lugens
dan dua spesies Nilaparvata lainnya.
Virus ini dapat memperbanyak diri di dalam tubuh vektor, tetapi tidak
ditularkan melalu telur. Virus ini juga mempengaruhi umur dan reproduksi
vektornya. Bila terjadi ledakan serangan wereng cokelat yang merupakan vektor
dari ke dua virus tersebut maka akan timbul endemi penyakit kerdil hampa dan
kerdil rumput. Penyebaran penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput di lapangan
tergantung pada beberapa faktor, antara lain serangga vektor, sumber virus,
varietas padi dan faktor lingkungan.
Morfologi wereng coklat.
Imago
wereng coklat ada dua tipe yaitu wereng bersayap panjang dan wereng bersayap
pendek. Hama wereng coklat bersayap panjang akan mampu terbang dan berpindah
jauh dari tanaman satu ke tanaman lain. Wereng coklat bersayap panjang inilah
yang menjadi penyebar populasi hama wereng coklat.
Hama
wereng coklat mempunyai tipe mulut pencucuk penghisap yang berupa stilet, alat
ini berfungsi untuk menghisap bagian tanaman yang masih muda dan lunak. Hama
ini akan meletakkan telur pada pangkal pelepah daun, tempat ini pula yang
menjadi tempat hidup nimfa wereng coklat.

Nilaparvata lugens
Hama wereng coklat
termasuk hama yang sulit dikendalikan karena mempunyai sifat:
a.
Mampu berkembang
biak dengan cepat
b.
Mampu
memanfaatkan makanan dengan baik sebelum serangga lain ikut berkompetisi
c.
Hama ini mampu
menemukan habitat baru dengan cepat sebelum habitat lama tidak berguna lagi
Dari
satu pasang hama wereng coklat dalam 90 hari mampu berkembang biak menjadi
10.000 ekor wereng coklat betina. Jika nisbah jantan betina 1:1 maka dari satu
pasang wereng coklat dalam 3 bulan akan menghasilkan keturunan 20.000 ekor.
Satu
betina wereng coklat mampu bertelur 100 hingga 500 butir telur yang diletakkan
berkelompok dengan masing masing kelompok antara 3 sampai 21 butir. Waktu yang
dibutuhkan untuk menetaskan telur wereng antara 7 sampai 10 hari. Setelah itu
telur wereng coklat akan menetas membentuk nimfa yang berumur antara 12 hingga
15 hari. Berakhirnya fase nimfa akan membentuk wereng dewasa atau disebut
imago.
D.Cara pengendalian
Pada Tanaman yang telah
terkena virus,yaitu :
a.
Sanitasi sumber
inokulum virus, baik tanaman sakit tunggul tanaman sakit atau tanaman lainnya
yang menunjukkan gejala penyakit.
b.
Rekayasa
ekologis, dengan menanam tanaman bunga yang berguna untuk menarik perkembangan
musuh alami wereng coklat
c.
Melakukan rotasi
tanaman.
Pada hama wereng coklat
:
1. Tindakan Preventif
Tindakan preventif
bersifat pencegahan dengan cara melakukan pengamatan di lahan pertanaman padi.
Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Tanam Padi Serempak
Pola
tanam serempak dalam areal yang luas dan tidak dibatasi oleh batas administrasi
dapat mengantisipasi penyebaran serangan wereng coklat karena jika tidak
serempak hama dapat berpindah-pindah ke lahan padi yang belum panen. Wereng
coklat terbang bermigrasi tidak dapat dihalangi oleh sungai atau lautan.
b. Pengamatan Wereng
Coklat
Pengamatan
atau monitoring wereng coklat setiap 1 – 2 minggu sekali. Jika terdapat
serumpun daun padi layu lakukan pemeriksaan dengan teliti. Apabila ditemukan
seekor wereng dirumpun padi segera bunuh/musnahkan dan periksa telur-telurnya
di daun lalu daun tersebut dicabut dan dibakar. Apabila pengamatan wereng
coklat per rumpun melebihi ambang ekonomi maka segera dilakukan pengendalian
dengan insektisida.
c. Perangkap Lampu
Perangkap
lampu merupakan perangkap yang paling umum digunakan untuk pemantauan migrasi
dan pendugaan populasi serangga yang tertarik pada cahaya khususnya wereng
coklat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan perangkap lampu antara
lain ; kekontrasan lampu yang digunakan (semakin kontras cahaya lampu yang
digunakan maka akan semakin luas jangkauan tangkapannya), kemampuan serangga
untuk menghindari lampu perangkap yang dipasang dan intensitas cahaya (pada
umumnya seranga cenderung tertarik pada cahaya dengan intensitas tinggi).
Perangkap
lampu dipasang pada pematang (tempat) yang bebas dari naungan dengan ketinggian
sekitar 1,5 meter di atas permukaan tanah. Lampu yang digunakan adalah lampu
pijar 40 watt dengan voltage 220 volt. Lampu dinyalakan pada jam 18.00 dan
dimatikan pada jam 06.00. Agar serangga yang tertangkap tidak terbang lagi maka
pada penampung serangga yang berisi air ditambahkan sedikit deterjen.
Langkah
yang diambil setelah ada wereng pada perangkap lampu yaitu ; wereng yang
tertangkap dikubur, keringkan pertanaman padi sampai retak dan segera setelah
dikeringkan kendalikan wereng pada tanaman padi dengan insektisida yang direkomendasikan
(tidakan kuratif).
2. Tindakan Kuratif
Tindakan
kuratif adalah tindakan pengendalian hama wereng coklat dengan cara menggunakan
insektisida yang direkomendasikan. Tindakan ini bukan merupakan langkah
pencegahan lagi tetapi merupakan langkah pembasmian. Langkah ini bisa dilakukan
dengan menggunakan insektisida berbahan aktif buprofen, BPMC, fipronil,
amitraz, bupofresin, karbofuran, karbosulfan, metalkarb, MIPCI, propoksur atau
liarnetoksan dan imidakloprid.
Penggunaan
insektisida berbentuk serbuk/butiran (misal : furadan, basudin, diazinon)
dilakukan dengan menaburkan diantara larikan petak sawah 3 atau 4 minggu
sekali. Penyemprotan insektisida cair dilakukan seminggu sekali atau maksimal
10 hari sekali. Semua penggunaan insektisida harus memperhatikan aturan dosis
dan pakai yang tertera pada setiap produk yang digunakan.
Perkembangan
wereng coklat pada pertanaman padi terbagi menjadi empat generasi yaitu ;
generasi 0 (G0) = umur padi 0 – 20 HST, Generasi 1 (G1) = umur padi 20 – 30 HST
(wereng akan menjadi imago wereng coklat generasi ke-1), generasi 2 (G2) = umur
padi 30 – 60 HST (wereng akan menjadi imago wereng coklat generasi ke-2), dan
generasi 3 (G3) = umur tanaman padi di atas 60 HST.
Pengendalian
wereng yang baik dilakukan pada saat generasi nol (G0) dan generasi 1 (G1)
dengan mengunakan insektisida berbahan aktif seperti disebutkan di atas.
Pengendalian saat generasi 3 (G3) atau puso tidak akan berhasil.
Penggunaan
insektisida juga harus memperhatikan faktor-faktor ; tepat dosis dan jenis
yaitu berbahan aktif seperti disebutkan di atas, tepat air pelarut 400 – 500
liter air/ha, aplikasi insektisida dilakukan saat air embun tidak ada antara
pukul 08.00 – 11.00 dilanjutkan sore hari, insektisida harus sampai pada batang
padi. Dan tidak kalah pentingnya adalah keringkan pertanaman padi sebelum
aplikasi insektisida baik yang berupa semprotan maupun butiran.
3. Tindakan Represif
Tindakan
ini dilakukan jika hama wereng sudah merupakan kejadian luar biasa di mana
dalam satu wilayah petakan/hamparan hama ini sudah mengakibatkan kerusakan
secara masal. Tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah ; pengeringan
petakan sawah, pencabutan dan pembakaran seluruh tanaman, memilih varietas
unggul baru yang lebih tahan serangan wereng dan melakukan pergiliran atau
rotasi tanaman (padi-palawija).
Daerah-daerah
endemik wereng coklat biotipe 1 dapat menanam varietas membrano, widas dan
cimalati. Untuk biotipe 2 dan 3 dapat menanam varietas membrano, cigeulis dan
ciapus.
Dengan
langkah-langkah di atas diharapkan serangan hama wereng coklat dapat ditekan
dan tidak menyebabkan kerugian yang semakin besar seperti yang sudah pernah
terjadi. Peran aktif semua pihak juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pengendalian hama wereng coklat ini.
BAB
III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari
pembahasan yang telah dijabarkan,maka dapat di tarik kesimpulan bahwa :
1.
Penyakit kerdil
rumput padi di karenakan oleh virus yang di bawa oleh wereng coklat.
2.
Penyebaran
penyakit ini begitu cepat karena di pacu dengan perkembangan wereng yang cepat.
3.
Pengendalian
virus ini lebih di fokuskan pada vector pembawanya yaitu wereng coklat.
4.
Cara terakhir
untuk mengendalikan wereng coklat yaitu penggunaan insektida.
B.Saran
Di
harapkan petujuk dan tata cara dalam menangani hama wereng coklat di terapkan
agar lebih memahami bagaimana cara pengendalian hama wereng coklat sebagi
vector VKR (Virus kerdil rumput) pada padi.
DAFTAR
PUSTAKA
http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/penyakit-kerdil-hampa-kerdil-rumput-dan-cara-pengendaliannya
http://bpppaito
n.blogspot.com/2011/03/waspada-serangan-hama-wereng-coklat.html
http://klapagadingkulon.desa.id/pengendalian-hama-wereng-coklat-nilaparvata-lugens-2/
http://www.gerbangpertanian.com/2010/11/biologi-dan-morfologi-hama-wereng.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar