Laporan
Praktikum Teknologi Pasca Panen
KARAKTERISTIK ALAMI PRODUK BUAH DAN
SAYURAN
Oleh
:
Kelompok
3
Kelas
1
Nama
NIM
Andi
Fahreza 1305101050094
Amelia
Syahdani 1305101050058
Era
Maulia 1305101050028
Yulfa
Sari Tarigan 1305101050051
LABORATORIUM
HOLTIKULTURA
PRODI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
DARUSSALAM
– BANDA ACEH
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produk holtikultura merupakan
produk yang mudah rusak (perisable). Produk yang telah dipanen mengalami
berbagai macam bentuk stress seperti hilangnya suplai nutrisi, proses panen
yang banyak menimbulkan pelukaan berarti, pengemasan dan transportasi yang
sering menyebabkan kerusakan mekanis lebih lanjut, hambatan ketersedian CO2 dan
O2, hambatan regim suhu, dan sebagainya. Sehingga butuh penanganan khusus pada
tahapan pasca panen.
Hal yang penting untuk dipahami
adalah produk pascapanen buah dan sayuran segar apapun bentuknya masih
melakukan aktivitas metabolisme penting yaitu respirasi. Aktivitas respirasi
berlangsung untuk memperoleh energi yang digunakan untuk aktivitas hidup
pascapanennya. Setelah panen, sebagian besar aktivitas fotosintesis yang
dilakukan saat masih melekat pada tanaman induknya berkurang atau secara total
tidak dapat dilakukan. Saat tersebut mulailah penggunaan substrat cadangan yang
ada di dalam tubuh bagian tanaman yang dipanen untuk aktivitas respirasinya.
Pada saat substrat mulai terbatas maka terjadilah kemunduran mutu dan kesegaran
atau proses pelayuan dengan cepat.
Sehingga secara keseluruhan bahan
hidup sayuran pascapanen dapat dikatakan mengalami berbagai perlakuan yang
menyakitkan selama hidup pascapanennya. Produk harus dipanen dan dipindahkan
melalui beberapa sistem penanganan dan transportasi ke tempat penggunaannya
seperti pasar retail atau langsung ke konsumen dengan menjaga sedapat mungkin
status hidupnya dan dalam kondisi kesegaran optimum. Jika stress terlalu
berlebihan yang melebihi toleransi fisik dan fisiologis, maka terjadi kematian.
Karakteristik produk pascapanen
hortikultura segar beragam sesuai dengan stadia perkembangan dan pertumbuhan
bagian tanaman yang dipanen tersebut. Bagian tanaman yang aktif mengalami
pertumbuhan dan perkembangan mempunyai laju respirasi lebih tinggi dibandingkan
dengan bagian tanaman yang sedikit dan tidak lagi mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Semakin tinggi laju respirasi maka semakin cepat laju kemunduran
mutu dan kesegarannya. Karena hubungan yang
erat 3 antara laju respirasi dengan laju kemunduran mutu dan kesegaran, maka
laju respirasi sering dijadikan indikator masa simpan atau masa hidup
pascapanen produk segar hortikultura.
1.2 Tujuan
Tujuan
praktikum ini adalah untuk memahami karakteristik alami yang terjadi pada
buah-buahan segar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Buah
dan sayuran sedapat mungkin dapat dihindarkan dari kerusakan fisik, baik saat
panen maupun dalam pruses penanganan pasca panen termasuk dalam proses
pengangkutannya. Terjadinya kerusakan fisik dapat memicu terjadinya peningkatan
laju penuaan pada buah dan sayuran segar, disamping penampakan fisik buah dan
sayuran bersangkutan menjadi jelek sehingga daya jualnya pun akan menurun
(Ariono, 2002).
Hasil hortikultura seperti buah dan sayuran masih
melakukan proses kehidupan yaitu respirasi setelah pemanenan dengan menggunakan
oksigen untuk merombak karbohidrat menjadi air dan karbondioksida. Respirasi
adalah proses sentral dari sel-sel hidup yang memediasi pelepasan energi
melalui pemecahan senyawa karbon dan pembentukan kerangka karbon (carbonseke letons)yang diperlukan untuk
menjaga reaksi sintesis setelah panen (Buckle Dkk, 2009).
Bila persediaan
oksigen terbatas, maka akan terjadi
reaksi-reaksi kimia yang akan menghasilkan alkohol dan akan dihasilkan juga perubahan bau
dan citarasa serta rusaknya sel tanaman. Perubahan buah
dan sayuran yang mengalami dehidrasi akan terlihat layu dan kesat. Namun,
dengan pengemasan dan penanganan yang baik dapat memperpanjang kesegaran buah-buahan dan sayuran
dengan mencegah proses kelayuan tersebut. (Herudiyanto,2008).
Dalam kaitannya dengan variasi
iklim terutama di daerah tropis, dalam hal pemanenan telah diteliti bagaimana
untuk menjaga agar hasilnya tetap maksimum. Faktor – faktor yang mempengaruhi
hasil panen adalah temperature, ketersediaan air, dan dalam beberapa wilayah,
lamanya waktu pemanenan hingga intensitas cahaya. Factor ini mungkin digunakan sebagai acuan umum
untuk menentukan tanah yang baik untuk pertumbuhan sayur-sayuran. Komposisi
yang alami dan asli dari tanah tersebut digunakan untuk penanaman sayur-sayuran
serta buah (Tindall, 1983).
Tanaman sayuran dikelompokkan secara bebas berdasarkan karakteristik dari pasca panen
serta suhu dari penyimpanannya. Pengelompokannya dapat juga melalui respon
tanaman tersebut terhadap pH (keasaman), sanitasi, kebutuhan akan hara, serta
drainese. Perbedaan respon tananman terhadap beragam kondisi tersebut
menimbulkan keberagaman pada tananaman tersebut. Selain itu, tanaman dapat juga dikelompokkan berdasarkan
bagian yang bias dimakan (organ botanis) (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Laju kerusakan yang terjadi
berbanding lurus dengan kecepatan respirasi yang dimiliki komuditi, semakin
cepat laju respirasinya semakin cepat pula terjadi kerusakan pada komuditi
tersebut perhatikan beberapa hal agar produk yang dikemas tidak mengalami
kerusakan, diantaranya: kemasan tidak boleh kedap gas, dapat memberikan efek
atmosfir termodifikasi, dan tidak mencemari/bereaksi dengan produk yang
dikemas (Soesarsono, 2003).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Adapun
praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Horikultura, Prodi Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala. Dan dilakukan pada hari Rabu pukul
16.00 – 17.45 WIB.
3.2 Alat dan Bahan
Alat : Pisau
Bahan : pisang yang belum masak
3.3 Cara Kerja
1.
5 buah Pisang diambil untuk 5 perlakuan.
2.
Pada Pisang dibuat pelukaan dan kontrol
digunakan untuk perbandingan
3.
Diamati perubahan yang terjadi selama 4
hari
4.
Pengamatan dibuat dalam bentuk tabel.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1.Hasil Pengamatan
Karakteristik pada Pisang (Musa sp)
Perlakuan
|
Parameter
Pengamatan
|
Hari
Pengamatan Ke-
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Kontrol
|
Kehilangan Air
|
69,45
|
67,33
|
65,39
|
62,99
|
59,91
|
Kelayuan
|
-
|
-
|
-
|
Layu
|
Layu
|
Luka
|
-
|
-
|
-
|
Layu
|
Layu
|
Pertumbuhan
Mikroorganisme
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Sayatan I
|
Kehilangan Air
|
67,45
|
65
|
63,39
|
59,83
|
56,48
|
Kelayuan
|
-
|
-
|
Layu
|
Layu
|
Layu
|
Luka
|
-
|
-
|
-
|
Membesar
|
Melebar
|
Pertumbuhan
Mikroorganisme
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Sayatan II
|
Kehilangan Air
|
67,02
|
64,21
|
63,39
|
57,95
|
53,74
|
Kelayuan
|
-
|
-
|
Layu
|
Layu
|
Layu
|
Luka
|
-
|
-
|
-
|
Membesar
|
Melebar
|
Pertumbuhan
Mikroorganisme
|
-
|
-
|
-
|
Jamur
|
Jamur
|
Sayatan III
|
Kehilangan Air
|
75,26
|
68,35
|
63,45
|
61,36
|
56,78
|
Kelayuan
|
-
|
-
|
Layu
|
Layu
|
Layu
|
Luka
|
-
|
-
|
Membesar
|
Melebar
|
Melebar
|
Pertumbuhan
Mikroorganisme
|
-
|
-
|
-
|
Jamur
|
Jamur
|
Sayatan IV
|
Kehilangan Air
|
72,40
|
71,70
|
70,41
|
66,29
|
62,54
|
Kelayuan
|
-
|
-
|
Layu
|
Layu
|
Layu
|
Luka
|
-
|
-
|
Membesar
|
Melebar
|
Melebar
|
Pertumbuhan Mikroorganisme
|
-
|
-
|
-
|
Jamur
|
Jamur
|
4.2 Pembahasan
Pisang merupakan salah produk buah-buahan yang
sering dipasarkan secara segar (tanpa diolah). Dan diperlukan juga penanganan
pasca panen yang tepat.Hal ini dikarenakan sering terjadinya pelukaan tanpa
sengaja baik saat memanen maupun pasca panen (pengangkutan dan penyimpan). Pelukaan
itu bisa berbentuk goresan juga karena bantingan dan lainnya.Oleh karena itu
kita perlu mengetahui dampak pelukaan terhadap kesegaran produk buah-buahan
yang kali ini dikhususkan pada pisang.
Pada praktikum kali ini, kita melakukan percobaan
pada 5 buah pisang yang masih muda. Pisang tersebut diberikan perlakuan berupa
pelukaan mulai dari 1 sayat sampai 4 sayat. Sayatan ditujukan untuk melihat
respon buah pisang yang juga di iringi dengan buah pisang tanpa sayatan sebagai
kontrol. Pengamatan ini dilakukan selama 4 hari pada suhu kamar dan posisi
masing-masing pisang yang terpisah.
Pengamatan dilakukan mulai dari perlakuan itu
diberikan. Pada hari pertama dan kedua (setelah pemberian perlakuan) setiap
buah hanya menunjukan perubahan pada berat,kelayuan dan pelukaan. Pada buah
kontrol yang awalnya 69,45 gram menjadi 67,33 gram. Penurunan berat drastis
terjadi pada 3 sayatan yaitu dari 75,26 menjadi 68,35. Hal ini bisa disebabkan
karena kehilangan air juga terjadinya proses respirasi yang cepat karena
permukaan buah ada yang terbuka (terluka) dan merupakan salah satu penyebab
cepatnya proses pelayuan pada buah pisang dengan sayatan. Hanya saja,pada
sayatan 3 dan 4,sudah menunjukan pelukaan yang semakin membesar.
Pada hari ketiga,ada beberapa buah yang menunjukan
perubahan lainya yaitu ada tidaknya mikroorganisme.Pada pelukaan dengan 2,3,4
sayatan,menunjukan adanya mikroorganisme dimulai pada hari
ketiga.Mikroorganisme yang muncul yang muncul yaitu jamur. Hal ini ditandai
dengan adanya hifa pada sekitar pelukaan (sayatan).Akan tetapi,pada 1 sayatan
tidak ditemukan adanya jamur. Indikasi ini terjadi bisa saja karena area
pelukaan yang terlalu kecil ataupun mikroorganisme tidak sampai menjangkit buah
dengan satu sayatan tersebut,sehingga buah yang digunakan dengan tanpa
perlakuan dan 1 sayatan tidak terkena jamur.
Dari hasil yang telah didapatkan,terlihat bahwa buah
yang memiliki pelukaan lebih cepat terjadi respirasi sehingga kelayuan lebih
cepat dan mikroorganisme mudah menjangkau buah yang terdapat luka. Selain
itu,kita perlu memperhatikan juga ketika pemanenan sehingga produk yang akan
dipasarkan aman dan tak mudah layu. Oleh karena itu diperlukan perlakuan pasca
panen sehingga buah yang akan diberikan atau dijual ke konsumen dapat bertahan
lama dan tetap segar.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari
praktikum yang telah dilakukan,dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Pelukaan
yang terjadi pada buah atau sayuran akan mempercepat terjadi proses kelayuan
juga mudahnya mikroorganisme masuk sehingga membuat kualitas produk menurun.
2. Penanganan
saat panen dan pasca panen diperlukan untuk menghidari terjadinya kerusakan
pada produk
3. Mikroorganisme
yang menyerang buah dan sayuran bisa bakteri juga jamur tergantung kondisi
lingkungan dan pelukaan yang terjadi.
4. Buah
yang telah terkontaminasi mikroorganisme harus segara dibuang karena akan
mempengaruhi buah lainnya.
5. Pelukaan
harus diminimkan demi menjaga kesegaran produk buah dan sayuran.
5.2 Saran
Untuk praktikum
selanjutnya,hendaknya digunakan bahan yang masih segar,karena sebagian bahan
ada yang sudah layu sebelum diberikan perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA
Aroino, 1990. Kerusakan
Yang Terjadi Pada Bahan Pangan, Erlangga, Jakarta.
Buckle, K.A., R.A Edwards, G.H. Fleet,
dan M. Wootton. 2009. Ilmu Pangan.
Penerjemah
: Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Herudiyanto, Marleen S., Ir., MS. 2008. Teknologi Pengemasan
Pangan. Widya Padjadjaran. Bandung.
Rubatzky, Vincent E, dan Mas Yamaguchi., 1998, Sayuran Dunia Prinsip,
Soesarsono, 2003. Melakukan Pengemasan Secara Manual, Erlangga, Jakarta.