BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanah adalah bagian penting dari unsur bumi yang kita pijak setiap
harinya. Secara kasat mata, tanah berwarna coklat dan ada pula yang
kemerah-merahan. Namun, sebenarnya klasifikasi tanah sangatlah banyak. Tanah
merupakan penopang kehidupan manusia di muka bumi. Dapat dikatakan bahwa tanah
adalah jantung bumi dan kehidupan.
Tanah merupakan benda yang dinamis sehingga selalu mengalami proses
perubahan. Tanah terbentuk dari batuan yang aus/lapuk akibat terpapar oleh
dinamika di lapisan bawah atmosfer, seperti dinamika iklim, topografi/geografi,
dan aktivitas organisme biologi. Intensitas dan selang waktu dari berbagai
faktor ini juga berakibat pada variasi tampilan tanah. Berbagai usaha telah
dilakukan untuk memperoleh klasifikasi umum yang dapat membantu dalam
memprediksi perilaku tanah ketika mengalami pembebanan.
Klasifikasi tanah memiliki berbagai versi.
Terdapat kesulitan teknis dalam melakukan klasifikasi untuk tanah karena banyak
hal yang memengaruhi pembentukan tanah. Selain itu, tanah adalah benda yang
dinamis sehingga selalu mengalami proses perubahan. Tanah terbentuk dari batuan
yang aus/lapuk akibat terpapar oleh dinamika di lapisan bawah atmosfer, seperti
dinamika iklim, topografi/geografi, dan aktivitas organisme biologi. Intensitas
dan selang waktu dari berbagai faktor ini juga berakibat pada variasi tampilan
tanah.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Mengetahui
jenis-jenis tanah, baik yang ada di dataran Indonesia, maupun di luar daerah
Indonesia.
2.
Mengetahui
pengklasifikasian tanah yang di buat oleh FAO .
3.
Megetahui
kelebihan juga kekurangan dari pengklasifikasian FAO.
4.
Membandingkan
pengklasifikasian tanah menurut FAO dengan lainnya.
BAB II
ISI
2.1 Tinjauan
Pustaka
Profil tanah adalah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh
tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran panjang dan lebar
tertentu dan kedalaman tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan
penelitian. Dimana penelitian juga biasa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
jenis tanah tertentu. Setiap jenis tanah dan tipe–tipe tanah memiliki ciri khas
yang di pandang dari sifat–sifat fisik, kimia maupun biologinya.Dalam hal ini
menyangkut tanah yang memiliki horizon sebagai akibat berlangsungnya evolusi
genetik dalam tanah (Mulyadi, 2007)
Dalam dunia pertanian,tanah mempunyai peranan yang penting,tanah sangat
dibutuhkan tanaman.Dengan bertambah majunya peradaban manusia yang sejalan dengan
perkembangan ilmu pertanian,diperlukan kualitas tanah yang baik dalam pertumbuhan
perkembangannya,dengan tanah sebagai mata pencaharian pokok dalam bidang pertanian
hingga sekarang (Darmawijaya,1997).
Kualitas tanah yang baik bias didefinisikan sebagai "kapasitas
dari jenis tertentu tanah yang berfungsi untuk menilai dan mengukur data minimum
yang umumnya ditetapkan dari sifat tanah untuk mengevaluasi kemampuan tanah” .Sebagai
fungsi dasarnya yaitu:menjaga produktivitas tanah,mengatur dan membagi aliran air
dalam tanah,menyaring dan menyangga terhadap polutan pada tanah,serta menyimpan
nutrisi pada tanah (Foth,1998)
Profil tanah adalah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh
tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran panjang dan lebar
tertentu dan kedalaman tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan
penelitian. Dimana penelitian juga biasa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
jenis tanah tertentu. Setiap jenis tanah dan tipe–tipe tanah memiliki ciri khas
yang di pandang dari sifat–sifat fisik, kimia maupun biologinya.Dalam hal ini
menyangkut tanah yang memiliki horizon sebagai akibat berlangsungnya evolusi
genetik dalam tanah (Mulyadi, 2007)
2.2 Sistem Klasifikasi Menurut FAO / UNESCO
Sistem klasifikasi tanah ini dibuat dalam rangka pembuatan peta
tanah dunia dengan skala 1 : 5.000.000. Peta tanah ini terdiri dari 12 peta
tanah. Sistem ini terdiri dari 2 kategori. Kategori pertama setara dengan great
soil group, dan kategori kedua setara dengan sub group dalam Taksonomi Tanah
(USDA).
Untuk pengklasifikasian, digunakan horison-horison penciri yang
sebagian diambil dari kriteria-kriteria horison penciri pada Taksonomi Tanah
dan sebagian dari sistem klasifikasi tanah ini. Nama-nama tanah diambil dari
nama-nama tanah klasik yang sudah terkenal dari Rusia, eropa barat, Kanada,
Amerika Serikat dan beberapa nama baru yang khusus dikembangkan untuk tujuan
ini. Tampaknya dari nama-nama tanah tersebut bahwa sistem ini merupakan komromi
dari berbagai sistem dengan tujuan agar diterima oleh semua pakar di dunia.
Beberapa nama dan
sifat tanah dalam kategori “great group” menurut sistem FAO/UNESCO sebagai
berikut :
1.
Fluvisol
Tanah-tanah berasal dari endapan baru, hanya mempunyai horison
penciri ochrik, umbrik, histik atau sulfurik, bahan organik menurun tidak
teratur dengan kedalaman, berlapis-lapis.
2.
Gleysol
Tanah dengan sifat-sifat hidromorfik (dipengaruhi air sehingga
berwarna kelabu, gley dan lain-lain),
hanya mempunyai epipedon ochrik, histik,
horison kambik, kalsik atau gipsik.
3.
Regosol
Tanah yang hanya mempunyai epipedon ochrik. Tidak termasuk bahan
endapan baru, tidak menunjukkan sifat-sifat hidromorfik, tidak bersifat
mengembang dan mengkerut, tidak didominasi bahan amorf. Bila bertekstur pasir,
tidak memenuhi syarat untuk Arenosol.
4.
Lithosol
Tanah yang tebalnya hanya 10 cm atau kurang, di bawahnya terdapat
lapisan batuan yang padu.
5.
Arenosol
Tanah dengan tekstur kasar (pasir), terdiri dari bahan albik yang
terdapat pada kedalaman 50 cm atau lebih, mempunyai sifat-sifat sebagai horison
argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur yang
kasar tersebut. Tidak mempunyai horison penciri lain kecuali epipedon ochrik.
Tidak terdapat sifat hidromorfik, tidak berkadar garam tinggi.
6.
Rendzina
Tanah dengan epipedon mollik yang terdapat langsung di atas batuan
kapur.
7.
Ranker
Tanah dengan epipedon umbrik yang tebalnya kurang dari 25 cm. Tidak
ada horison penciri lain.
8.
Andosol
Tanah dengan epipedon mollik atau umbrik atau ochrik dan horison
kambik, serta mempunyai bulk density kurang dari 0,85 g/cc dan didominasi bahan
amorf, atau lebih dari 60 % terdiri dari bahan vulkanik vitrik, cinder, atau
pyroklastik vitrik yang lain.
9.
Vertisol
Tanah dengan kandungan liat 30 % atau lebih, mempunyai sifat
mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah menjadi keras, dan retak-retak
karena mengkerut, kalau basah mengembang dan lengket.
10.
Solonet
Tanah dengan horison natrik. Tidak mempunyai horison albik dengan
sifat-sifat hidromorfik dan tidak terdapat perubahan tekstur yang tiba - tiba.
11.
Yermosol
Tanah yang terdapat di daerah beriklim arid (sangat kering),
mempunyai epipedon ochrik yang sangat lemah, dan horison kambik, argilik,
kalsik atau gipsik.
12.
Xerolsol
Seperti Yermosol tetapi epipedon ochrik sedikit lebih berkembang.
13.
Kastanozem
Tanah dengan epipedon mollik berwarna coklat (kroma > 2), tebal
15 cm atau lebih, horison kalsik atau
gipsik atau horison yang banyak mengandung bahan kapur halus.
14.
Chernozem
Tanah dengan epipedon mollik berwarna hitam (kroma < 2) yang
tebalnya 15 cm atau lebih. Sifat-sifat lain seperti Kastanozem.
15.
Phaeozem
Tanah dengan epipedon mollik, tidak mempunyai horison kalsik,
gipsik, tidak mempunyai horison yang banyak mengandung kapur halus.
16.
Greyzem
Tanah dengan epipedon mollik yang berwarna hitam (kroma < 2),
tebal 15 cm atau lebih, terdapat selaput (bleached coating) pada permukaan
struktur tanah.
17.
Cambisol
Tanah dengan horison kambik dan epipedon ochrik atau umbrik,
horison kalsik atau gipsik. Horison kambik mungkin tidak ada bila mempunyai
epipedon umbrik yang tebalnya lebih dari 25 cm.
18.
Luvisol
Tanah dengan horison argillik dan mempunyai KB 50 % atau lebih.
Tidak mempunyai epipedon mollik.
19.
Podzoluvisol
Tanah dengan horison argillik, dan batas horison eluviasi dengan
Horison di bawahnya terputus-putus (terdapat lidah-lidah horison eluviasi =
tonguing).
20.
Podsol
Tanah dengan horison spodik. Biasanya dengan horison albik.
21.
Planosol
Tanah dengan horison albik di atas horison yang mempunyai
permeabilitas lambat misalnya horison argillik atau natrik dengan perubahan
tekstur yang tiba-tiba, lapisan liat berat, atau fragipan. Menunjukkan sifat
hidromorfik paling sedikit pada sebagian horison albik.
22.
Acrisol
Tanah dengan horison argillik dan mempunyai KB kurang dari 50 %.
Tidak terdapat epipedon mollik.
23.
Nitosol
Tanah dengan horison argillik, dan kandungan liat tidak menurun
lebih dari 20 % pada horison-horison di daerah horison penimbunan liat
maksimum. Tidak terdapat epipedon mollik.
24.
Ferrasol
Tanah dengan horison oksik, KTK (NH4Cl) lebih 1,5 me/100 g liat. Tidak
terdapat epipedon umbrik.
25.
Histosol
Tanah dengan epipedon histik yang tebalnya 40 cm atau lebih.
Dalam tingkat sub group nama tanah terdiri dari dua patah kata
seperti halnya sistem Taksonomi Tanah, dimana kata kedua menunjukkan nama great
group, sedangkan kata pertama menunjukkan sifat utama dari sub group tersebut.
Contoh :
Great group : Fluvisol
Sub group : Claseric
Fulvisol
Great group : Regosol
Sub group : Humic
Regosol
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Klasifikasi Tanah Menurut FAO
Kelebihan
·
Dapat
diterima oleh semua pihak karena menggunakan perpaduan antara klasifikasi dari
FAO sendiri dan dari USDA.
·
Mempunyai
ciri khas, karena dalam pengklasifikasiannya berdasarkan horison-horison
penciri dan kriteria horisonnya.
·
Nama-nama
tanah sebagian diambil dari nama-nama klasik yang sudah terkanal didaerah
Eropa, Rusia, Kanada, dan Amerika. Sehingga namanya sudah bersifat umum.
·
Cocok
untuk peta berskala 1:5.000.000
Kekurangan
·
Sistem
ini lebih tepat disebut sebagai suatu sistem satuan tanah daripada suatu sistem
klasifikasi tanah karena tidak disertai dengan pembagian kategori yang lebih
terperinci hanya subgroup dan greatgroup.
·
Dalam
penamaan tidak secara langsung orang dapat mengetahui sifat tanah tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengklasifikasi tanah ada beberapa macam yaitu menurut sistem USDA
(Departement Pertanian AS),PPT (Pusat Penelitian Tanah),dan FAO (Organisasi
Pangan dan Pertanian) dibawah naungan UNESCO.
2. Pengklasifikasian menurut FAO sangat cocok untuk peta berskala
1:5.000.000
3.
Terdiri
dari 2 kategori. Kategori pertama setara dengan great soil group, dan kategori
kedua setara dengan sub group dalam Taksonomi Tanah (USDA).
4. Nama-nama memang di ambil dari nama klasik yang ada di eropa akan tetapi
tidak menunjukan sifat dari tanah itu sendiri.
3.3 Saran
Ada
baiknya pengklasifikasian tanah di namakan sesuai dari sifat tanah juga
pengklasifikasian digunakan berdampingan dan yang cocok pada semua tempat.
DAFTAR PUSTAKA
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis
and Classification. Ames: The IOWA State University Press,
Darmawijaya. 1990. Ilmu tanah, Jakarta : Tiga Serangkai.
Driessen, P.M and R. Dudal. 1989.1Major Soil of the World.
Amsterdam.: Agricultural University Wageningen.
Foth, Henry. D.1988.
Dasar-dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis.
Jakarta Jakarta : CV. Akademika Pressindo,
Mul, M.S. 2007. Analisis Tanah, air dan jaringan tanaman.Jakarta
: Rieneka Cipta ,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar