Pages

Jumat, 13 November 2015

Pengelolaan Gulma



Laporan Pengelolaan Gulma

ETBOTANI HERBARIUM


Oleh :
Nama                      : Andi Fahreza
Nim                         : 1305101050094
Kelompok               : 2
Kelas                       : 1



LABORATORIUM GULMA
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2015


BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
            Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor (1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-1550) seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di atas kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Arber, 1938). Pada awalnya banyak spesimen herbarium disimpan di dalam buku sebagai koleksi pribadi tetapi pada abad ke-17 Ramadhanil dan Gradstein – Herbarium Celebense 39 praktek ini telah berkembang dan menyebar di Eropa (Ramadhanil, 2003).
            Gulma antara lain didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki menusia. Hal ini berarti tumbuhan tersebut merugikan baik secara langsung atau tidak langsung, atau bahkan kadang-kadang juga belum diketahui kerugian atau kegunaannya. Oleh karena itu, batasan untuk gulma ini sebetulnya sangat luas sehingga dapat mencakup semua jenis tanaman dalam dunia tumbuh-tumbuhan. Jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan. Misalnya pada perkebunan yang baru diolah, maka gulma yang dijumpai kebanyakan adalah gulma semusim, sedang pada perkebunan yang elah lama ditanamai, gulma yang banyak terdapat adalah dari jenis tahunan. Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-tumbuhan selain berfungsi sebagai acuan identifikasi untuk mengenal suatu jenis pohon. Istilah Herbarium adalah pengawetan specimen tumbuhan dengan berbagai cara.untuk kepentingan koleksi dan ilmu pengetahuan.    
Koleksi specimen herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat yang diberi perlakuan khusus pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium. Para ahli-ahli botani menyimpan koleksi herbarium mereka pada pusat-pusat herbarium di masing-masing Negara. Di Indonesia pusat herbarium terbesar terdapat di Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI berada di wilayah Cibinong Jawa Barat. Laboratorium ini menyimpan lebih dari 2 juta koleksi herbarium yang berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia dan dari berbagai Negara di dunia.
1.2       Tujuan
            Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui deskripsi dari spesies gulma.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-tumbuhan selain berfungsi sebagai acuan identifikasi untuk mengenal suatu jenis pohon. Istilah Herbarium adalah pengawetan specimen tumbuhan dengan berbagai cara.untuk kepentingan koleksi dan ilmu pengetahuan. Koleksi specimen herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat yang diberi perlakuan khusus pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium. Para ahli-ahli botani menyimpan koleksi herbarium mereka pada pusat-pusat herbarium di masing-masing Negara. Di Indonesia pusat herbarium terbesar terdapat di Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI berada di wilayah Cibinong Jawa Barat. Laboratorium ini menyimpan lebih dari 2 juta koleksi herbarium yang berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia dan dari berbagai Negara di dunia. (Balai Diklat Kehutanan Makassar, 2011).
Untuk koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya, pengawetan dan penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula kelestarian objek tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan objek. Salah satunya dengan cara pembuatan awetan. Pengawetan dapat dilakukan terhadap objek tumbuhan maupun hewan. Pengawetan dapat dengan cara basah ataupun kering. Cara dan bahan pengawet nya bervariasi, tergantung sifat objeknya. Untuk organ tumbuhan yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan dengan awetan basah. Sedang untuk daun, batang dan akarnya, umumnya dengan awetan kering berupa herbarium (Suyitno, 2004).
Identifikasi sangat penting terutama dalam memahami tanda-tanda karakteristik seperti yang berkenaan dengan morfologi (terutama morfologi luar) gulma. Dengan memahami karakteristik tersebut, dalam melakukan upaya pengendalian gulma akan lebih mudah. Disamping itu juga kita harus memperhatikan faktor-faktor lain, seperti misalnya iklim, jenis tanah, biaya yang diperlukan, dan pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkannya (Tjitrosoedirjdjo, 1984).
C. rutidosperma adalah tumbuhan lunak, berbunga sepanjang tahun, tumbuh pada tanah lembab atau agak kering terutama lokasi terbuka, sering tumbuh mengelompok Di perkebunan karet C. rutidosperma umum terdapat di areal pembibitan, areal tanaman muda dan jarang-jarang di areal tanaman menghasilkan. Merupakan gulma yang umum di semua daerah ekologi karet Sumatera Utara dan Aceh. Gulma ini sering tumbuh dominan mengelompok dan mudah tersebar melalui biji, namun pengendaliannya tidak sukar. Di luar perkebunan karet C. rutidosperma terdapat di perkebunan kelapa sawit dan buah-buahan, di ladang, di tepi jalan dan di pekarangan.Ditemukan di pinggir jalan, sawah, ladang. Juga ditemukan hidup sebagai epifit pada batu dan kayu. Terutama banyak ditemukan di Kalimantan (Waterhouse&Mitchell dalam farmyzul,2012)
Anggota famili Capparaceae mengandung tioglukosida (dikenal sebagai glukosinolat) yang melepaskan isotiosianat (minyak menguap) jika tanaman dihancurkan. Selain itu tanaman ini juga mengandung alkaloid dan flavonoid yang jenisnya belum diketahui (Mitchell et al dalam farmyzul.2012).
Pustaka maupun penelitian ilmiah mengenai khasiat Cleome rutidosperma D.C ini masih sangat terbatas dan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitasnya belum diketahui dengan pasti. Cleome rutidosperma dapat digunakan sebagai antifeedant (pengganti herbisida) untuk hama tanaman Brassica yaitu jenis Plutella xylostella (L.). Minyak menguapnya mempunyai aktivitas dapat mengiritasi kulit dan mungkin juga aktivitas kontak alergenik (Mitchell et al dalam farmyzul.2012).



BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN


3.1       Tempat dan Waktu
            Adapun praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Gulma, Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala. Dan dilakukan pada hari Kamis pukul 10.00 – 11.45 WIB.
3.2       Alat dan Bahan
Alat     :           Koran
                        Gunting
                        Isolasi
Bahan :            Alkohol 70%
                        Gulma yang akan dijadikan herbarium
3.3       Cara Kerja
1.      Dicuci bersih gulma dari sisa-sisa tanah dan kotoran yang menempel.
2.      Dibasahkan seluruh bagian gulma dengan alkohol.
3.      Lalu,diletakkan pada koran dan diberi isolasi agar tidak lepas.
4.      Setelah gulma kering,maka tempelkan gulma di kertas HVS dan diberikan informasi herbarium gulma tersebut berupa tanggal pengambilan,tanggal dan waktu pengeringan dan sesudah pengeringan,lokasi pengambilan,ketinggian lokasi dan perubahan sebelum dan sesudah pengering.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  HASIL


























4.2  PEMBAHASAN
A.Cleome rutidospermae.
1. Klasifikasi Tanaman
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Bangsa            : Capparidales
Suku                : Capparidaceae
Marga              : Cleome
Jenis                : Cleome rutidospermae D.C.

2.Morfologi Tanaman
Herba tegak, merambat atau tumbuh merangkak tinggi 0.15-0,80 m, berbunga sepanjang tahun. Daun mahkota bunga dengan ujung runcing seperti cakar, panjang 9-12 mm; di Jawa berwarna biru; bulu-bulu halus yang pendek; tangkai buah 20-30 mm; batang (berbentuk kapsul) yang masak berada di atas goresan daun berangsur-angsur meruncing seperti paruh; diameter biji 1,75-2 mm, elaiosom keputihan; helaian daun biasanya 3, bentuk daun memanjang atau bulat memanjang, tajam atau tumpul, dengan bulu-bulu tebal pendek; batang 0,5-2 cm dengan duri tipis. Dikenal dengan nama Maman ungu atau Maman lelaki.

3. Habitat dan Penyebaran
Ditemukan di pinggir jalan, sawah, ladang. Juga ditemukan hidup sebagai epifit pada batu dan kayu. Terutama banyak ditemukan di Kalimantan.

B.Croton Hitrus
1.Klasifikasi
Nama Ilmiah   : Croton hirtus L’ Herit
Nama Lokal    : Jarakan
Famili : Euphorbiaceae
2.Morfologi Tanaman
Batang tegak dengan tinggi 60 cmdan bercabang. Bergerigi pada tepi daun. Bunga muncul padadaerah terminal dengan panjang1,5-4cm. Biji panjang  berwarnamengkilap abu-abu kecokelatan,halus dan bergaris. Habitat : Sering banyak dijumpai  padaketinggian 0-700 m dpl, pinggir jalan, kebun, padang rumput dan daerah budidaya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
            Dari praktikum yang telah dilakukan,dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.      Tumbuhan dijadikan herbarium selain dijadikan sebagai penunjukkan spesies juga sebagai kamus untuk menunjukkan pada tanaman lainnya.
2.      Gulma dijadikan herbarium harus diawetkan dengan pemberian alkohol.
3.      Setiap gulam memiliki ciri khas dan patut diherbariumkan.
4.      Gulma berdaun lebar umum ditemukan,namun untuk spesiel yang kami dapatkan,cukup sulit menemukan spesifikasinya.
5.      Croton memiliki banyak spesies,salah satunya Croton hitrus.
5.2 Saran
            Hendaknya ditentukan lansung gulma yang diherbariumkan agar lebih mudah dalam mencari identitasnya (identifikasinya).

















DAFTAR PUSTAKA

Balai Diklat   Kehutanan Makassar. 2011. Herbarium Sebagai  Acuan  Penanaman
Pohon.http://www.badikhut.com. Diakses pada tanggal 04 November 2015.
Http://farmyzul.blogspot.co.id/2014/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-          x.html. Di akses pada 04 november 2015.
Ramadhanil. 2003. Herbarium Celebense (CEB) dan Peranannya dalam Menunjang
PenelitianTaksonomi Tumbuhan di Sulawesi. http://unsjournals.com. Diakses
pada tanggal 14 Juni2012.
Suyitno, A.L.2004. Penyiapan Specimen Awetan  Objek  Biologi. Jurusan Biologi
 FMIPA UNY. Yokyakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2007.  Morfologi  Tumbuhan.  Gajah Mada University                           PressYogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar